Wednesday, February 6, 2013

ujungkelingking - Di-share dari Google+, oleh Ferry Dwi Purnamansyah. (Dengan perubahan seperlunya)

Anda ingin berangkat ke Tanah Suci? Benar-benar ingin?! Insya Allah inilah kuncinya.

Seorang anak ingin memiliki sepeda. Lantas apa tanggapan ayahnya?
  • Pantaskan ilmunya. Maksudnya, belajarlah bersepeda walaupun belum punya sepeda.
  • Pantaskan uangnya. Menabunglah. Rutinkan menyisihkan uang tiap minggu atau tiap bulan, meski mungkin tidak pernah cukup untuk membeli sepeda.
Memang, tabungan itu tidak akan pernah cukup. Namun, melihat kesungguhan si anak dalam belajar bersepeda dan menabung, maka ayahnya akan tergugah dan mencukupkan tabungan tersebut.

Begitu pula Anda yang ingin berangkat ke Tanah Suci.

Pantaskan ilmunya

Pelajari buku-buku tentang umrah dan haji, tentang do'a dan amalan-amalannya. Bertanya kepada orang-orang yang pernah kesana. Ikuti pelatihan dan manasik haji. Dan minta brosur atau keterangan dari biro-biro perjalanan haji.

Pantaskan uangnya

Bisa diawali dengan membuka rekening khusus haji dan umrah. Lalu rutinkan menabung, walaupun kecil.

Pantaskan pahalanya

Rasulullah pernah bersabda,
"Barangsiapa yang sholat Shubuh secara berjama'ah (di masjid) lalu ia duduk dan berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat (sholat Isyraq), maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah". Beliau pun bersabda, "Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna." (Tirmidzi: 586)

Perbanyak sedekah, sholat tahajjud dan Dluha, serta amalan-amalan lain. Perlu juga untuk meminta do'a dari orangtua dan suami/istri kita. Selanjutnya biar Allah yang mencukupkan.

Sumber: iqrotegal.blogspot.com

Bukankah Allah yang menyuruh kita melaksanakan haji? Maka dengan izin-Nya kita pasti akan menginjakkan kaki di Tanah Suci dalam waktu dekat.

Berapa banyak orang yang kaya, muda dan sehat, tapi tidak kesampaian menginjakkan kaki di Tanah Suci? Berapa banyak pula orang yang miskin, tua, cacat dan lemah yang sampai disana? Begitulah, bagi Allah Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.


nb. ditulis sebagai cara untuk memotivasi diri.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013
ujungkelingking - Islam mengajarkan agar kita selalu memperbanyak sedekah. Namun ada beberapa orang yang ragu-ragu terhadap sedekahnya. Ragu-ragu bahwa sedekah tersebut tidak sampai sasaran, atau ragu-ragu bahwa penerima sedekah tersebut bukanlah orang yang berhak, sehingga muncul kekhawatiran bahwa sedekah kita tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta'alaa.

Menghadapi kekhawatiran tersebut, ada baiknya kita simak satu cerita berikut ini,

Di suatu sore, Rasulullah sedang berbincang-bincang bersama para shahabat di serambi Masjid Nabawi. Rasulullah kemudian bercerita,

Pada suatu masa, ada seorang laki-laki, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan bersedekah!". Maka keluarlah ia pada suatu malam dan ia memberikan sedekahnya tersebut kepada seorang perempuan yang ditemuinya.
Namun, belakangan baru diketahuinya ternyata perempuan tersebut adalah seorang perempuan pezina. Sehingga hal tersebut menjadi pergunjingan banyak orang.
Laki-laki tersebut berkata, "Demi Allah, sedekahku telah salah alamat, karena itu aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki.
Namun, belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya adalah seseorang yang kaya raya. Hal ini kembali menjadi pergunjingan banyak orang.
"Demi Allah," kata laki-laki ini, "Sedekahku salah alamat, maka aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki yang ditemuinya di jalan.
Belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya ini adalah seorang pencuri. Sehingga hal ini kembali menjadi pergunjingan orang banyak.
Laki-laki tersebut akhirnya menangis. "Ya Allah, sedekahku salah alamat. Pertama kepada perempuan pezina, lalu kepada orang yang kaya dan akhirnya kepada laki-laki pencuri. Sedekahku tidak akan diterima!". Lalu laki-laki ini pun tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpinya, laki-laki tersebut didatangi seorang malaikat. Dan berkata kepadanya, "Sedekahmu diterima. Sebab bisa jadi perempuan pezina itu akan berhenti berzina karena sedekahmu. Bisa jadi orang yang kaya tersebut menjadi tergugah hatinya dan menjadi dermawan setelah menerima sedekahmu. Dan bisa saja terjadi laki-laki pencuri itu sadar dari kesalahannya dan bertaubat karena sedekahmu."

(Diriwayatkan Muslim, dari Abu Hurairah dalam "Teladan Indah Rasulullah Dalam Ibadah, Ahmad Rafi 'Usmani)

Jadi, masihkah engkau banyak alasan untuk menunda-nunda sedekahmu?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013

Monday, February 4, 2013

ujungkelingking - Ada kejadian menarik (sekaligus menjengkelkan) saat saya pulang dari kantor, Jum'at kemarin. Saya pulang dengan naik bus, karena motor saya sedang opname di bengkel. (Lihat juga postingan sebelumnya).

Pada akhirnya, saya pun mendapat tempat duduk setelah hampir sepanjang perjalanan saya menemani mas kenek berdiri. Duduk di sebelah saya adalah seorang laki-laki baya dengan memangku sebuah tas besar. Melihat orangnya yang tampak amat ramah, saya pun mencoba membuka percakapan.

Pertanyaan saya sebenarnya standar untuk ukuran orang yang baru pertama kali bertemu, hanya berkutat seputar tempat tinggal, profesi dan keluarganya. Dan jawaban-jawaban yang diberikan bapak itu pun tampak biasa-biasa saja.

Namun yang membuat saya agak risih adalah setiap kali bapak tersebut berbicara dan menjawab pertanyaan saya, tangannya selalu jatuh di paha saya. Mulanya saya kira hal tersebut jamak saja untuk mengakrabkan diri antara yang lebih tua kepada yang lebih muda.

Apa yang saya kira rupanya salah. Tangan si bapak tua tak juga lepas dari paha saya. Semakin lama bahkan semakin berani menyentuh pangkal paha saya. Jiah!

Wah, gak beres nih, pikir saya. "Aset" saya harus segera diselamatkan. Tidak bisa tidak! Mimpi apa saya semalam sampai harus berurusan dengan hombreng. Saya pun menepis tangannya dari paha saya. Edannya, dia masih mengajak saya ngobrol seolah tidak terjadi apa-apa.

Beruntung kemudian karena tujuan si bapak tersebut sudah dekat sehingga perlu bersiap-siap di pintu keluar bus.

Huft, itulah sekelumit perjalanan saya yang paling menyeramkan selama ini. Setelah ini, bila Anda bepergian menggunakan angkutan umum dan harus duduk di sebelah seorang laki-laki, ada baiknya untuk ditanyakan kepada orang tersebut, "Anda hombreng (homo), tidak?"

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 04, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!