Wednesday, November 30, 2011

ujungkelingking - Terjemahan bebasnya barangkali, jangan menilai apapun hanya dari yang tampak di luar saja. Sebab kita bisa tertipu. Dan mungkin akan menuai malu.

Sore kemarin saya mengajak istri dan putra saya berjalan-jalan di sekitar komplek rumah dengan mengendarai motor butut kesayangan dan satu-satunya punya saya.

Sedang enak-enaknya berkendara, sebuah sedan yang berjalan di belakang kami tiba-tiba saja menekan klaksonnya. Kontan istri saya terkejut. Apalagi saya.

“Ini orang gak tahu diri!” pikir saya, “Mentang-mentang bermobil, trus seenaknya saja menggunakan jalan.”

Saya pun berhenti dan bersiap-siap memaki-maki orang tersebut dengan sumpah-serapah yang sudah tersusun rapi di otak saya.

Saat saya berhenti itulah, si sopir sedan melongok ke jendela sambil bilang,

“Mas, sandal anaknya terjatuh.”

Saya melongo. Sandal anak saya memang terjatuh.

Oalaaaaahhh….
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, November 30, 2011

Tuesday, November 29, 2011

ujungkelingking - Mengawali sebuah hari yang spesial, entah itu tahun baru atau tanggal kelahiran, setiap kita pasti memiliki harapan-harapan. Mungkin menjadi lebih sukses, menjadi lebih banyak rejekinya, atau harapan-harapan lain yang intinya adalah menjadikan diri kita berada pada level berikutnya yang lebih baik.

Dan untuk memenuhi harapan-harapan itu, kita umumnya kemudian menerapkan “aturan-aturan” -yang mungkin muluk-muluk- yang mengharuskan kita melakukan ini-tidak boleh melakukan itu. Aturan-aturan pendisiplinan diri, sebut saja begitu. Aturan-aturan tersebut bisa saja sangat berhasil. Tapi tahukah anda, aturan-aturan tersebut hanya akan menjadi sampul buku kosong atau -istilah yang lebih umum- hangat-hangat tahi ayam bila tidak dibarengi dengan aturan yang satu ini,

Konsistensi!

Ya, aturan yang muluk-muluk tanpa konsistensi hanya akan menjadi sampah di belakang. Dengan konsistensi akan membuktikan kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik atau tidak.

Dan, jika anda membuat aturan-aturan yang cukup sederhana dan anda konsisten dengan aturan tersebut, maka anda sudah menjadi jauh lebih baik dengan itu.

Selamat pagi,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, November 29, 2011

Saturday, November 26, 2011

ujungkelingking - Pagi ini, saya berangkat kerja pada jam yang sama seperti hari-hari biasanya. Tapi di tengah jalan saya terjebak macet tidak seperti biasanya. Saya tidak bisa melihat di depan ada apa pastinya, tapi kalau tidak salah mungkin ada acara karnaval anak-anak TK daerah situ.

Tetap disitu, saya akan tetap terjebak macet. Akhirnya saya memilih jalan yang lain, memutar, dengan harapan saya bisa lolos dari kemacetan tersebut. Tapi dasar apes, di rute kedua itu saya malah terjebak kemacetan yang lebih parah dari jalan yang pertama. Alhasil, saya terlambat tiba di kantor.

Apa pilihan saya salah?

Bila langsung melihat hasilnya, tentu anda akan mengatakan saya tolol. Lha wong di rute kedua lebih macet kenapa milih jalan tersebut? Lebih baik kan tetap di rute pertama?

Hehe, sayangnya dalam hidup kita tak pernah bisa langsung tahu hasilnya sebelum dilakukan. Diprediksi mungkin bisa, tapi tak menjamin keakuratannya. Dalam kasus saya di atas, saya tidak menyesal dengan pilihan saya untuk melalui rute kedua. Karena pilihan saya yang salah berdasar pemikiran saya yang benar. Saya berpikir seperti ini;

  • Bila saya tetap berada di jalan pertama, sudah pasti saya akan terjebak macet. Mungkin 10 menit, atau bisa jadi lebih.
  • Bila saya mencoba alternatif lain, yaitu rute kedua, saya mungkin akan terjebak lebih parah lagi, tapi tentu ada kemungkinan sebaliknya. Mungkin saya bisa lolos dari kemacetan.
Ini yang saya sebut dengan "berpikir benar". Dan bagi saya, lebih baik memilih salah karena berpikir benar daripada pilihan benar karena berpikir salah
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, November 26, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!