Friday, April 4, 2014

ujungkelingking - Kiamat, Mungkinkah Dimulai Dari Bumi?


Apakah teman-teman merasakan cuaca yang amat menyengat akhir-akhir ini?

Beberapa orang beranggapan bahwa hal ini lumrah saja. Hal ini dikarenakan kita sedang memasuki musim pancaroba. Sama seperti perubahan iklim dari musim kemarau ke musim penghujan yang ditandai dengan cuaca yang amat dingin (bediding, bhs. Jawa), maka peralihan iklim dari musim penghujan ke musim kemarau pun akan ditandai dengan cuaca yang sangat panas.

Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa panas ini adalah merupakan dampak dari pemanasan global (global warming effect).

Saya kemudian teringat sebuah email yang dikirimkan rekan kerja saja 3 tahun yang lalu. Email tersebut berisi tentang "perkiraan-perkiraan" yang terjadi pada kehidupan manusia jika suhu Bumi terus mengalami peningkatan.


Dari sini saya kemudian mencoba mencari lebih jauh tentang dampak-dampak lainnya. Dari PemanasanGlobal.net, saya mendapatkan penjelasan dampak perubahan iklim yang terjadi pada manusia. Penjelasan ini diambil dari studi yang dilakukan Mark Lynas (Jurnalis) dalam bukunya Six Degrees: Our Future on A Hotter Planet, dan Sir Nicholas Stern (Kepala Badan Ekonomi Pemerintah Inggris) dalam laporannya Stern Review on the Economics of Climate Change.

Penjelasan keduanya saya gabung dan coba saya ringkas beberapa poinnya agar kita lebih mudah mencermatinya.

Suhu udara naik 1ºC


  • Arus Teluk melemah
  • Beberapa gletser kecil di Andes menghilang dan mengancam persediaan air bagi 50 juta orang
  • Air tawar lenyap dari sepertiga permukaan Bumi
  • Lapisan es di belahan utara mencair sehingga akan menyerap panas lebih banyak dan semakin mempercepat pemanasan global
  • Daerah di pesisir pantai akan diterjang banjir
  • 10% spesies darat akan punah, 80% terumbu karang rusak, termasuk Terumbu Karang Great Barrier (terbesar di dunia yang terletak di timur laut Australia)
  • 300.000 orang akan meninggal setiap tahunnya karena penyakit akibat perubahan iklim (diare, malaria, dan kekurangan gizi)

Suhu udara naik 2ºC


  • Eropa menerima paparan panas yang tinggi, hutan-hutan rusak karena terbakar
  • Terjadi anomali tanaman (bukannya menyerap karbon, tanaman malah mulai melepaskan karbon ke atmosfer)
  • Air menyusut sebesar 20–30% di beberapa wilayah yang rentan, seperti Afrika bagian Selatan dan Mediterania
  • Hasil panen merosot hingga 5-10% di wilayah-wilayah tropis
  • 40-60 juta lebih orang menderita malaria di Afrika
  • Lapisan es Greenland mulai mencair tak terkendali
  • 15-40% spesies terancam punah, (spesies Kutub Utara seperti beruang kutub dan karibau, kemungkinan besar punah)
  • Lebih dari 10 juta orang menderita banjir setiap tahunnya

Suhu udara naik 3ºC


  • Karbon yang dilepaskan oleh tanaman dan tanah di Bumi mempercepat pemanasan global
  • Bencana akibat cuaca yang berubah semakin meningkat, runtuhnya lapisan es Antartika Barat
  • Di Eropa Selatan, kekeringan hebat terjadi
  • 1-4 miliar orang lebih menderita kekurangan air, 150-550 juta orang kelaparan, terutama Afrika
  • Di tempat lain 1-5 miliar orang menderita banjir, angin topan dahsyat menghantam kota-kota pinggir laut
  • 1-3 juta orang lebih mati karena kekurangan gizi, penyakit seperti malaria tersebar luas ke wilayah-wilayah baru
  • 20-50% spesies terancam punah, termasuk di sini (25-60% mamalia, 30-40% burung, dan 15-70% kupu-kupu di Afrika Selatan)
  • Hancurnya hutan Amazon

Sudah ngeri?

Yuk, dilanjut…

Suhu udara naik 4ºC


  • Persediaan air menyusut 30-50% di Afrika bagian Selatan dan Mediterania
  • Suhu udara yang bertambah panas menyebabkan lenyapnya gletser-gletser Himalaya dan mempengaruhi jutaan orang di China dan India
  • Panen merosot 15-35% di Afrika dan di seluruh lumbung produksi pangan dunia (misalnya di sebagian Australia)
  • Menyusutnya lapisan es menyebabkan naiknya air laut setinggi 7 meter
  • Lenyapnya separuh wilayah tundra di Kutub Utara
  • Sebagian besar wilayah Inggris tidak dapat dihuni lagi karena terbenam banjir
  • Hutan hujan Amazon, mati

Suhu udara naik 5ºC


  • Gas metana yang keluar dari dasar laut mempercepat pemanasan global
  • Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan habis
  • Manusia berpindah-pindah tempat untuk mencoba mencari makanan dan hidup seperti hewan di alam liar

Suhu udara naik di atas 5ºC


  • Kehidupan di Bumi "berakhir" akibat badai besar, banjir bandang, bola api hidrogen sulfida dan metana berputar-putar cepat melintas di seluruh dunia dengan kekuatan bom atom (hanya jamur yang dapat bertahan hidup)
  • Bukti terbaru menunjukkan bahwa rata-rata suhu Bumi akan naik 6ºC lebih bila emisi gas rumah kaca terus bertambah
  • Bahaya besar berupa pelepasan karbon dioksida dari permukaan tanah dan pelepasan metana dari lapisan es di Kutub Utara maupun dari dasar laut terjadi
  • Kenaikan suhu udara global ini akan setara dengan pemanasan global yang pernah terjadi pada Zaman Es terakhir dan, bila suhu Bumi sampai memanas 6ºC, dampaknya bisa di luar perkiraan manusia...
  • Kiamatkah? Silahkan dijawab sendiri.

***

Nah, setelah kita tahu dampak-dampak dari setiap kenaikan suhu tersebut, sekarang mari kita coba bandingkan dengan data-data berikut ini:

Img1
KOMPAS.com (29/11/12) - Link sumber pada GAMBAR

Img2
Mongabay (18/7/13) - Link sumber pada GAMBAR

Img3
VIVAnews (1/1/14) - Link sumber pada GAMBAR


Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 04, 2014

Thursday, April 3, 2014

ujungkelingking - Pemilu, Fenomena Golput dan Kriteria Pemimpin


Pemilu sudah di depan mata. Adalah menjadi tugas bagi setiap rakyat Indonesia yang sudah memenuhi syarat untuk memilih calon yang akan mewakili aspirasi mereka.

Namun ibarat sebuah tradisi, dalam pemilu tahun ini pun akan diwarnai dengan sekelompok orang yang memilih untuk tidak memilih alias golput. Ketidak percayaan dan sikap apatis publik terhadap pemerintah, adalah salah satu dari sekian faktor yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk golput.

Jika tidak memilih adalah hak, maka begitu pula ikut memilih. Lalu dari kedua hak ini, mana yang seharusnya dipilih?

Artikel ini akan mencoba memberikan beberapa alasan agar kita tidak golput dalam upaya memilih seorang pemimpin.


1. Memilih pemimpin adalah sebuah perintah


Dari shahabat Abi Said, Rasulullah bersabda, "Apabila kamu bepergian bertiga maka angkatlah salah seorang sebagai pemimpin."
[Riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa’i]

Hadits di atas berbicara atas sebuah kelompok kecil (3 orang). Bahkan tidak pula dijelaskan apakah "bepergian" yang dimaksud di sana adalah bepergian dengan tujuan yang penting, atau sekedar jalan-jalan biasa. Bahkan dalam lingkup rumah tangga -yang cuma 2 orang- ada satu orang yang difungsikan sebagai pemimpin di sana. Lalu bagaimana dengan skup makro bernama ne-ga-ra, yang jelas tujuannya adalah untuk menentukan nasib seluruh rakyat?

2. Golput juga memiliki konsekuensi


Jika kita memutuskan untuk golput, apakah pemilihan kemudian tidak jadi dilakukan?

Tentu tidak. Pemilihan akan tetap dilakukan, meski kita golput. Dan akan ada satu orang yang nanti terpilih untuk memimpin negeri ini. Dengan kata lain, kita golput atau tidak, pemimpin terpilih akan tetap muncul. Malahan, jika kita tidak memilih, maka kartu suara yang sejatinya untuk kita akan digunakan oleh orang lain. Jadi dengan golput, berarti kita mempersilahkan orang lain untuk memakai jatah suara kita. Sungguh dermawan sekali...

Golput, pada dasarnya adalah sebuah bentuk ketidakpedulian. Tidak peduli pada siapapun yang nanti bakal memimpin. Tidak peduli pada apapun kebijakan yang akan lahir dari pemimpin yang terpilih.

Maka "pilihan" ini kemudian memiliki konsekuensi. Pada apapun yang kemudian terjadi -entah menguntungkan atau merugikan kita sebagai rakyat- kita tidak boleh peduli. Makanya ketika ada poster bertuliskan,

Golput


Jelas tak ada masalah buat saya. Akan tetapi kalau nanti ada kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan Anda, lalu Anda berunjuk rasa sampai bikin jalanan macet, itu baru masalah buat saya. ^_^

Sederhananya begini. Kalau kita tidak memilih si A, lalu kemudian si A gagal dalam kepemimpinannya, maka harusnya kita tidak perlu protes kepada si A. Kan kita tidak milih dia? Berbeda jika kita memilih si A, dan si A kemudian lalai, maka kita berhak untuk "menagih janji". Jadi jika kita memutuskan untuk golput, maka nanti kita tidak boleh protes, apapun yang terjadi. Begitu.

3. Memilih, dengan "asal pilih" tetap salah


Meski kemudian kita perlu untuk memilih pemimpin, namun bukan berarti kita boleh memilih dengan serampangan. Kita tetap harus memilih dengan hati-hati.

"Barangsiapa yang memilih seseorang sebagai pemimpin atas dasar fanatisme, mengandalkan pada pertimbangan emosional, bukan rasionalitas dan penilaian yang jernih, padahal di tengah mereka ada orang yang lebih layak dan pantas dipilih dan diridhai Allah, maka orang itu telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kaum muslimin."
[Hakim]

Logikanya, jika 'memilih tapi asal pilih' saja sudah salah, apalagi jika sama sekali tidak memilih?

4. Hanya pemimpin yang bisa mempersatukan


Masih sadar dengan "perdebatan" kita tiap tahun?

Setiap menjelang Ramadhan dan menjelang Hari Raya, kita selalu memperdebatkan perhitungan mana yang paling benar. Rukyah dan hisab selalu dibenturkan. Imbasnya, kaum muslimin terpecah. Padahal ada pemimpin di tengah-tengah kita.

Maka bayangkan bagaimana jika kita tanpa pemimpin?

5. Pemilu, haram?


Beberapa orang mengatakan mengikuti pemilu hukumnya haram. Kelompok ini -biasanya- beralasan bahwa negara ini bukan negara Islam. Pemimpin kita memimpin bukan berdasarkan hukum-hukum Islam. Sistem yang kita anut adalah demokrasi, yang itu tidak ada di dalam Islam. Maka mengikuti atau mendukung kepemimpinan seperti ini berarti juga haram.

Secara sederhananya, pemilu memiliki dua komposisi. Yaitu [a] Pencalonan diri oleh seseorang untuk diangkat menjadi pemimpin, dan [b] Pemberian suara oleh masyarakat untuk memilih pemimpin.

Bagi saya, jika pemilu disebut haram, maka barangkali pada poin [a]-lah keharaman itu terjadi. Karena ada hadits yang menyebut tentang orang-orang yang suka menjadi pemimpin padahal hal itu akan menjerumuskan mereka.

Jelasnya, urusan pemilu ini tidak bisa dipukul rata pada setiap keadaan dan setiap negara. Hukumnya bisa berbeda-beda tergantung situasi di mana pemilu itu diadakan. Akan tetapi sebagian ulama besar dalam fatwanya tidak (pernah) menyarankan seseorang untuk mencalonkan diri, namun memperbolehkan untuk memberikan suara dalam pemilu. Semua ini dengan mempertimbangkan mashlahat dan mudharatnya.
*Link-nya bisa dilihat di akhir postingan.

Namun jika memberikan suara dianggap mendukung sistem yang haram, maka setiap apa yang kita lakukan di Indonesia ini hukumnya akan menjadi haram. Kita membayar pajak, itu juga haram. Karena tujuan pajak adalah untuk mendukung keberlangsungan negara ini. Kita bekerja juga haram. Karena keuntungan perusahaan juga sebagian larinya ke pajak negara. Kita berada di bawah instansi pemerintah, bekerja sebagai aparatur negara juga haram. Dan bahkan mungkin kalau kita shalat di masjid yang dibangun pemerintah juga haram.

Jadi, lahir di negara yang bukan negara Islam, itu bukan salah kita. Namun jika kita tidak mau ikut serta dalam perbaikan hajat hidup kaum muslimin lainnya, baru itu yang salah.

Maka seperti yang saya tangkap dari beberapa narasumber (termasuk blognya mas Muroi dan Kang Djangkies) bahwa golput memang bukan sebuah pilihan. Memilih pemimpin yang bermanfaat dan yang dapat mempersatukan umat harus diprioritaskan.

***

Memilih pemimpin, bagaimana panduannya?


Islam, melalui Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sudah banyak memberikan gambaran tentang hal ini.

Menurut Al-Qur'an, seorang pemimpin itu haruslah seorang mu'min, laki-laki, yang mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan pribadinya dan kehidupan bernegaranya. Ia harus seorang yang adil, amanah, dan profesional. Seorang pemimpin juga seorang yang memiliki ilmu, baik ilmu agama atau pun ilmu pemerintahan. Dan yang jelas, dia harus memiliki ketegasan dalam beramar ma'ruf dan bernahi munkar sekaligus bersikap rendah hati terhadap rakyatnya.

Sementara jika meniru pribadi Nabi, kriteria seorang pemimpin itu ada empat: [1] Jujur (shiddiq), [2] Komunikatif (tabligh), [3] Profesional dan kredibel (amanah), dan [4] Cerdas dan visioner (fatonah)

Namun... bukan bermaksud pesimistis, kriteria ideal ini mungkin tidak akan kita temukan pada mereka-mereka yang mencalonkan diri. Lalu jika ini yang terjadi apa yang harus dilakukan?

  • Jika tidak ada calon yang ideal, maka carilah di antara mereka yang paling banyak memiliki kriteria di atas.

Bagaimana jika semua calon sama-sama memiliki kriteria yang "standar"?

  • Jika begitu maka cari saja calon yang jika terpilih, dia dapat memberikan lebih banyak dampak positif bagi umat muslim.

Bagaimana jika semua calon tampaknya tidak berdampak positif bagi umat?

  • Maka, carilah yang dampak negatifnya paling kecil. Mudah-mudahan dengan itu kita sudah dianggap "gugur kewajiban" di dalam memilih seorang pemimpin.

***

Sebagai tulisan penutup, jika kemudian Al-Qur'an meng-klaim bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan begitu sebaliknya, maka hal yang sama juga berlaku dalam konteks kepemimpinan ini. Bahwa pemimpin yang baik untuk rakyat yang baik, dan begitu juga sebaliknya.

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang dhalim itu menjadi wali (wakil/pemimpin) bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan."
[Al-An'am: 129]

Jelasnya, pemimpin yang dhalim itu diberikan Allah untuk rakyat yang suka berbuat dhalim.

Maka solusinya, seperti yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam kitabnya, "Jika rakyat ingin terbebas dari penguasa yang dhalim maka hendaklah mereka semua meninggalkan kedhaliman yang mereka lakukan."
(Kitab Tafsir at-Tahrir wa 't-Tanwir 8: 74)

Wallahu a'laam.

____________________
*http://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-memberikan-suara-dalam-pemilu.html
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, April 03, 2014

Tuesday, April 1, 2014

ujungkelingking - Saya (Ternyata) Ikut Lomba


Sebulan yang lalu saya mencoba mengikuti sebuah lomba yang diadakan oleh Bisnis Indonesia (writing-contest.bisnis.com).

Banyak beragam tema yang diperlombakan di sana. Saya mengambil salah satunya yaitu tentang transportasi publik.

Teknis penilaiannya pun ada 2 tahap. Namun yang cukup bikin pesimis, untuk tahap pertama penjuriannya adalah dengan menghitung jumlah vote terbanyak. Ini yang sedikit-banyak merugikan saya. Lah teman yang saya punya cuman sak ndulit. H-hee...

Belum lagi rawan "kecurangan" di sini. Sebab bisa saja satu orang nge-vote berkali-kali???
Atau meminta kakaknya, adiknya, emaknya, eyangnya, pak RT-nya, teman-teman arisannya untuk ikutan nge-vote. Saya tentu tidak bisa melakukan itu. Pamali...

Intinya, agar bisa lolos dalam tahap awal ini saja saya harus memiliki keajaiban yang amat-sangat banyak.

Tapi, saya teringat ucapan seorang sutradara film ketika ia akan merilis film-nya yang dianggap oleh banyak pengamat film akan gagal di pasaran. Katanya bahwa setelah kita berkarya, biarkan ia (film tersebut) menentukan jalannya sendiri. 

Jadi, jika teman-teman menganggap artikel saya di bawah ini bermanfaat dan menginspirasi, atau masuk akal untuk dilaksanakan, silahkan meletakkan jempolnya di link yang ada. ^_^

(Klik pada gambar untuk membaca artikel)

Terima kasih.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, April 01, 2014

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!