Tuesday, September 17, 2013

ujungkelingking - Pagi ini saya mendapat email dari Google. Isinya pemberitahuan tentang salah satu fitur mereka yaitu Google Authorship atau Google Kepengarangan.

Anda telah menetapkan Kepengarangan Anda, yang berarti foto dan tautan ke profill Anda sekarang dapat muncul di samping konten Anda di hasil penelusuran.

Google Authorship (dok. pribadi)


Dasar saya yang gaptek, tidak banyak yang saya tahu dari fitur ini selain bahwa nantinya setiap postingan saya -yang terindex Google- akan muncul juga foto saya. Nantilah biar rekan-rekan Blogger yang lebih paham akan menjelaskannya.

Ada fotonya sekarang (dok. pribadi)


Jadi berasa penulis pro, hahaha...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, September 17, 2013

Saturday, September 14, 2013

ujungkelingking - "Salahkah diriku bila merindukanmu // Sedangkan kau di sana juga merindukanku // Walau ku tahu kau ada yang memiliki // Tapi cintaku tetaplah untukmu..."

Merasa kenal dengan lagu tersebut? Ya, itu potongan lirik dari lagu dangdut yang masuk trending music di kampung saya akhir-akhir ini.

Saya bukan orang yang anti dengan lagu dangdut. Banyak lagu-lagu dangdut tempo doeloe masih easy listening di telinga saya. Terkadang dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut, saya seperti masuk ke mesin waktu dan mulai mengingat memori-memori lama. Duh!

Namun semakin ke sini, genre ini semakin mengikuti arus jaman. Mengikuti pola pasar. Yah, memang sudah hukumnya barangkali, kalau tidak mengikuti tren tidak akan bertahan. Dangdut yang sekarang sudah jauh berbeda dengan dangdut jaman saya es-em-pe dulu. Dari sisi aransemen lagu jelas sudah berbeda meski masih memakai lagu yang sama. Musik yang awalnya "halus" berganti tema menjadi nge-beat atau rada keras. Sudah gak cocok buat saya, haha...

Gaya panggung (baca: goyangan) apalagi. Jelas-jelas membangkitkan birahi. Dan yang ini saya yakin dilakukan hanya untuk membackup vokal yang amburadul. Maklum, vokal nomer sekian. Sing penting goyangane, cak! "Buka dikit, joss!"

Pun juga materi lagu yang -bagi saya- seperti tidak ada ide lain saja. Nah, yang saya sebut terakhir inilah yang paling membuat saya tidak habis pikir. Tentang ide, boleh-bolehlah semau kita, tapi kemasannya itu loh apa tidak bisa lebih "rapi" sedikit? Maksud saya mbok yao jangan terang-terangan. Bukan bermaksud merendahkan, tapi konsumen jenis musik ini kan kebanyakan kalangan menengah ke bawah. Yang artinya jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan dengan musik dari jenis lainnya.

Coba saja perhatikan lirik ini,

"Ingin ku Sms an wedi karo bojomu // Pengen telpon-telponan wedi karo bojomu // Pengen ku ngomong sayang wedi karo bojomu... // Pengen ketemuan wedi karo bojomu // Pengen kangen-kangenan wedi karo bojomu..."

"Ingin (ku)sms kamu (tapi) takut dengan istrimu // Ingin menelpon takut dengan istrimu // Ingin ku bilang sayang takut dengan istrimu... // Ingin bertemu takut dengan istrimu // Ingin sayang-sayangan takut dengan istrimu..."

Ini apa-apan coba? Menyelingkuhi suami orang kesannya bangga. Bahkan miris saya ketika di warung nasi ada anak SD yang dengan semangatnya menyanyikan lagu tersebut. Mau jadi apa mereka ketika dewasa, ketika nyanyian tersebut sudah tertanam jauh di alam bawah sadar mereka?

Yang lebih parah, orangtua mereka malah membiarkan anak-anak mereka tumbuh dengan lagu-lagu semacam itu.

"Sakjane kangen iki ra keno di lereni // Nanging aku wedi karo bojomu."

"Sebenarnya rindu ini tidak bisa dihentikan // Tapi aku takut dengan istrimu"

#Au ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, September 14, 2013

Monday, September 9, 2013

ujungkelingking - Ramai diberitakan di seluruh media tentang kecelakaan maut yang menewaskan 6 orang di Km. 8 tol Jagorawi (8/9/13). Adalah Abdul Qodir Jaelani (Dul) -putra bungsu Ahmad Dhani dan Maia Estianty- pengemudi Lancer maut tersebut. Dul yang masih berusia 13 tahun tersebut bahkan ditengarai belum memiliki Surat Izin Mengemudi.

Tentu, tulisan ini tidak akan membahas tentang kronologis berita tersebut. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kasih sayang terhadap anak tidaklah selalu harus diwujudkan dengan memberikan sesuatu yang diinginkannya. Tentu bagi Dhani, mengurus ketiga orang putra yang beranjak remaja adalah kesulitan tersendiri. Apalagi kesibukan Dhani sebagai musisi yang sangat menyita banyak waktunya. Maka memberikan sebuah hadiah adalah "jalan singkat" untuk menunjukkan perhatian kepada mereka.

Bukanlah hal yang salah bagi seorang ayah memberikan hadiah kepada anaknya. Namun amat sangat disayangkan bila kemudian hadiah itu pada akhirnya menjadi bumerang bagi sang anak.

Kiranya apa yang menimpa keluarga Dhani ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita. Kita harus tahu, bahwa di sekitar kita masih banyak Dul-Dul yang lain. Yang masih SD sudah mengemudikan motor sendiri, bahkan berboncengan dengan adiknya... Mungkin sang orangtua merasa bangga melihat anaknya yang kecil sudah bisa naik motor sendiri. Tapi hati-hatilah kita sebagai orangtua, apapun yang dilakukan sebelum waktunya pasti akan menimbulkan dampak negatif.

Waktu yang berkualitas tentulah lebih baik daripada sebuah hadiah. Kalaupun harus memberikan hadiah, berikanlah apa yang benar-benar mereka butuhkan dan memang sudah waktunya untuk itu.

Tidak memberikan apa yang mereka inginkan bukan berarti orangtua tidak sayang, akan tetapi semua itu demi kebaikan sang anak. Bahkan Tuhan-pun hanya memberikan apa yang kita butuhkan dan tidak memberikan apa yang kita inginkan, kecuali bila kita sudah siap untuk itu.

Semoga, baik keluarga Dhani maupun keluarga korban, sama-sama diberikan kesabaran dan pembelajaran melalui kejadian ini. Dan bagi kita, mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, September 09, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!