ujungkelingking - "Salahkah diriku bila merindukanmu // Sedangkan kau di sana juga
merindukanku // Walau ku tahu kau ada yang memiliki // Tapi cintaku
tetaplah untukmu..."
Merasa kenal dengan lagu tersebut? Ya, itu
potongan lirik dari lagu dangdut yang masuk trending music di kampung
saya akhir-akhir ini.
Saya bukan orang yang anti dengan lagu
dangdut. Banyak lagu-lagu dangdut tempo doeloe masih easy listening di
telinga saya. Terkadang dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut, saya
seperti masuk ke mesin waktu dan mulai mengingat memori-memori lama.
Duh!
Namun semakin ke sini, genre ini semakin mengikuti arus
jaman. Mengikuti pola pasar. Yah, memang sudah hukumnya barangkali,
kalau tidak mengikuti tren tidak akan bertahan. Dangdut yang sekarang
sudah jauh berbeda dengan dangdut jaman saya es-em-pe dulu. Dari sisi
aransemen lagu jelas sudah berbeda meski masih memakai lagu yang sama.
Musik yang awalnya "halus" berganti tema menjadi nge-beat atau rada
keras. Sudah gak cocok buat saya, haha...
Gaya panggung (baca:
goyangan) apalagi. Jelas-jelas membangkitkan birahi. Dan yang ini saya
yakin dilakukan hanya untuk membackup vokal yang amburadul. Maklum,
vokal nomer sekian. Sing penting goyangane, cak! "Buka dikit, joss!"
Pun
juga materi lagu yang -bagi saya- seperti tidak ada ide lain saja. Nah,
yang saya sebut terakhir inilah yang paling membuat saya tidak habis
pikir. Tentang ide, boleh-bolehlah semau kita, tapi kemasannya itu loh
apa tidak bisa lebih "rapi" sedikit? Maksud saya mbok yao jangan
terang-terangan. Bukan bermaksud merendahkan, tapi konsumen jenis musik
ini kan kebanyakan kalangan menengah ke bawah. Yang artinya jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan dengan musik dari jenis lainnya.
Coba saja perhatikan lirik ini,
"Ingin
ku Sms an wedi karo bojomu // Pengen telpon-telponan wedi karo bojomu
// Pengen ku ngomong sayang wedi karo bojomu... // Pengen ketemuan wedi
karo bojomu // Pengen kangen-kangenan wedi karo bojomu..."
"Ingin
(ku)sms kamu (tapi) takut dengan istrimu // Ingin menelpon takut dengan
istrimu // Ingin ku bilang sayang takut dengan istrimu... // Ingin
bertemu takut dengan istrimu // Ingin sayang-sayangan takut dengan
istrimu..."
Ini apa-apan coba? Menyelingkuhi suami orang
kesannya bangga. Bahkan miris saya ketika di warung nasi ada anak SD
yang dengan semangatnya menyanyikan lagu tersebut. Mau jadi apa mereka
ketika dewasa, ketika nyanyian tersebut sudah tertanam jauh di alam
bawah sadar mereka?
Yang lebih parah, orangtua mereka malah membiarkan anak-anak mereka tumbuh dengan lagu-lagu semacam itu.
"Sakjane kangen iki ra keno di lereni // Nanging aku wedi karo bojomu."
"Sebenarnya rindu ini tidak bisa dihentikan // Tapi aku takut dengan istrimu"
#Au ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at
Saturday, September 14, 2013