Tuesday, May 14, 2013

ujungkelingking - Dishare langsung dari Mbak Zulfa Putri Bungsu di jiples.



Jika anakmu berbohong,

itu karena engkau menghukumnya terlalu berat.


Jika anakmu tidak percaya diri,

itu karena engkau tidak memberi dia semangat.


Jika anakmu kurang berbicara,

itu karena engkau tidak mengajaknya berbicara.


Jika anakmu mencuri,

itu karena engkau tidak mengajarinya memberi.


Jika anakmu pengecut,

itu karena engkau selalu membelanya.


Jika anakmu tidak menghargai orang lain,

itu karena engkau berbicara terlalu keras kepadanya.


Jika anakmu marah,

itu karena engkau kurang memujinya.


Jika anakmu suka berbicara pedas, 

itu karena engkau tidak berbagi dengannya.


Jika anakmu mengasari orang lain,

itu karena engkau suka melakukan kekerasan terhadapnya.


Jika anakmu lemah,

itu karena engkau suka mengancamnya.


Jika anakmu cemburu,

itu karena engkau menelantarkannya.


Jika anakmu mengganggumu,

itu karena engkau kurang mencium dan memeluknya.


Jika anakmu tidak mematuhimu,

itu karena engkau menuntut terlalu banyak padanya.


Jika anakmu tertutup,

itu karena engkau terlalu sibuk.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, May 14, 2013

Monday, May 13, 2013

ujungkelingking - Ketika Anda memutuskan untuk mengajukan lamaran ke sebuah perusahaan, lalu Anda kemudian dipanggil untuk melakukan serangkaian interview, maka ketika pihak perusahaan tertarik untuk mempekerjakan Anda, maka sejak saat itu Anda berstatus sebagai pegawai baru (jreng-jreng!).

Biasanya Anda akan langsung diantar ke lokasi kerja Anda dan diperkenalkan dengan orang-orang yang akan menjadi tim Anda nantinya. Jika Anda beranggapan bahwa ini adalah komunikasi awal, Anda salah. Ini "hanya" perkenalan formalitas semata. Selanjutnya -untuk awalnya- akan ada orang yang bertugas membimbing pekerjaan Anda. Orang ini bisa jadi atasan Anda langsung atau orang yang ditunjuk oleh perusahaan. Siapapun itu, tampilkan imej yang bagus (mau diajari), dan bersikap sok tahu sangat tidak disarankan.

Yang perlu disadari sebagai pegawai baru adalah bahwa kita tidak tahu apa-apa di lingkungan tersebut. Misalnya, karakter atasan dan teman-teman kita seperti apa, sistem kerjanya bagaimana, dsb. Karena itu diperlukan usaha untuk mengenal lingkungan baru kita. Bagaimana caranya?

Membuka diri adalah komunikasi awal

Cara paling mudah untuk mengakrabkan diri dengan pegawai-pegawai yang lebih senior adalah pada jam makan siang, karena pada jam ini orang-orang sedang santai. Cobalah untuk ikut dalam acara makan siang mereka, tentu saja tanpa memaksa. Anda bisa mulai bertanya, "Mau makan dimana, Pak?" atau, "Boleh ikut gabung, Pak?".

Nanti di sela-sela makan siang, mereka pasti akan bertanya tentang Anda. Standartnya tentang tinggal dimana, sudah berkeluarga atau belum, sudah pernah kerja di tempat lain atau tidak, dan sebagainya. Inilah yang saya sebut dengan komunikasi awal. Ini langkah awal mereka mengenal Anda. Jawab dengan apa adanya tanpa membanggakan diri. Tidak ada orang yang suka disombongi, apalagi oleh "anak baru kemarin".

Nah, jika Anda berhasil disini, biasanya mereka akan suka memberikan "informasi-informasi" yang harus Anda ketahui tentang atasan atau perusahaan Anda. Misalnya tentang apa yang tidak disukai oleh atasan Anda, atau cara kerja yang disukai oleh teman-teman yang sudah senior.

Bersikap baik, bukan "menjilat"

Mengetahui "informasi-informasi" tersebut bukan berarti Anda harus menjilat atasan agar bisa survive. Itu cara licik untuk sukses. Para penjilat biasanya melakukannya dengan "menjual omongan" tentang kejelekan pegawai lain kepada atasan. Bisa saja atasan Anda semakin suka dengan Anda, tapi bagaimana dengan pegawai (baca: teman kerja) yang lain? Mungkin mereka akan menjaga jarak dan bersikap hati-hati terhadap Anda. Dan yakinlah, situasi seperti itu tidak menyenangkan untuk bekerja.

Doing your parts

Hindari mengurusi pekerjaan orang lain. Bukan Anda yang bertugas menilai pekerjaan orang lain (kecuali jika Anda adalah bagian HRD, hihi). Kerjakan saja pekerjaan Anda. Akan lebih tenang dengan itu.


*masih kesulitan mencari lanjutannya...



Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, May 13, 2013

Wednesday, May 8, 2013

ujungkelingking - Senin kemarin bisa jadi adalah hari yang paling menunjukkan kenekatan (baca: kebodohan) saya. Bagaimana tidak, saya tetap berangkat kerja meski dengan bahan bakar dan uang yang menipis. Bahan bakar yang tidak akan dapat membawa saya sampai ke kantor -yang jaraknya hampir 40 km- dan uang yang bahkan tidak cukup untuk membeli setengah liter bensin.

***

Jadi begini ceritanya,

Sejak Sabtu sebelumnya, rekan kerja saya sudah memberitahu bahwa dirinya akan masuk kantor agak siang Senin ini karena ada suatu keperluan. Karena kami hanya berdua saja, itu berarti saya harus masuk agak pagi, sebab tidak mungkin membiarkan kantor kosong sampai siang hari.

Yang menjadi masalah adalah, bensin saya sudah sangat menipis, begitu juga dengan isi dompet saya. Namun saya berpikir, toh, saya hanya harus mencari ATM terdekat, lalu mampir sebentar ke SPBU, dan saya akan sampai di kantor. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk tetap berangkat kerja.

Beberapa ratus meter dari rumah saya ada sebuah Bank dengan ATM di depannya. Tempat itu yang saya tuju kali pertama. Namun sayang, di pintu ATM tersebut saya disambut sebuah tulisan besar-besar, "Mohon maaf untuk sementara ATM tidak dapat melayani transaksi tunai". Hehh, saya harus beralih ke ATM lain. Beruntung tidak jauh dari tempat itu ada ATM milik Bank lain.

Ibarat 11-12, ATM tersebut juga kehabisan uang.

Mulai bercabang pikiran saya. Saya berpikir untuk pulang saja dan meminta izin cuti hari itu. Itu langkah paling aman daripada saya harus kehabisan bensin di tengah jalan sedangkan saya juga tidak membawa uang. Namun itu juga langkah paling pengecut karena itu berarti saya membiarkan pekerjaan saya terbengkalai padahal saya berhubungan dengan banyak rekanan perusahaan.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada opsi yang kedua, yaitu tetap melanjutkan perjalanan sambil mencari ATM-ATM lain di perjalanan. Saya ingat setidaknya ada 2 ATM lagi di depan nanti.

Saya pun melaju dengan harap-harap cemas. Biar bagaimana juga feeling saya mengatakan sebaliknya. Dan,

Apa yang saya khawatirkan terjadi. ATM yang ketiga ini pun tidak bisa melayani transaksi tunai. Begitu pula dengan ATM keempat yang lokasinya lebih jauh lagi. Aarrggh, lemaslah saya. Betapa tidak, saat ini posisi saya sudah hampir di separuh perjalanan. Saya harus menimbang kembali,

Seingat saya, di depan sudah tidak ada ATM lagi kecuali nanti mendekati kantor. Jika saya memaksa untuk tetap melanjutkan perjalanan, maka bisa dipastikan saya akan kehabisan bensin sebelum sampai kantor. Kalaupun saya bisa mampir ke SPBU, toh saya tidak sedang pegang uang. Dan jika hal itu terjadi, bisa dibayangkan bingungnya saya: mau maju tidak bisa, mau pulang juga sudah terlalu jauh.

Akhirnya saya terpaksa mengambil keputusan yang paling memalukan sekaligus paling rasional saat itu: go back to home.

Yah, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah kembali pulang. Kalaupun nanti saya kehabisan bensin di jalan, toh saya sudah lebih dekat ke rumah. Saya sudah sangat pasrahnya. Seperti prajurit kalah perang, :-(

Yang ada di benak saya kemudian hanyalah segera sampai di rumah dan istirahat. Biar saja pekerjaan kantor terbengkalai. Biar saja rekan kerja saya nantinya marah-marah. Biar saja bos besar naik pitam. Biar saja rekanan perusahaan pulang kecewa dengan membawa gerutuan mereka. Biar...

***

Namun, seperti yang pernah dikatakan Ust. Yusuf Manshur dalam salah satu bukunya, pasrahkan saja semuanya. Pasrah pun belum tentu (hal yang ditakutkan itu) akan terjadi.

Dan itu benar.

Dalam perjalanan balik itu tiba-tiba saja saya melihat tulisan "ATM" pada sebuah plakat besar milik Bank yang cukup mendominasi di Indonesia. Heran ya, padahal sebelumnya saya sudah tengak-tengok namun tidak menyadari ada tulisan sebesar itu.

Fiuhh! Akhirnya saya tidak jadi pulang, dan tetap ngantor meski telat. 

Jadi, apa yang definisi yang pas buat saya;
  • Pasrah tingkat SMA?
  • Nekat tanpa pertimbangan?
  • Atau bodoh yang direncanakan?

Hehe... au ah! (Gak usah dijawab yah!) 
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, May 08, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!