Wednesday, February 6, 2013

ujungkelingking - Islam mengajarkan agar kita selalu memperbanyak sedekah. Namun ada beberapa orang yang ragu-ragu terhadap sedekahnya. Ragu-ragu bahwa sedekah tersebut tidak sampai sasaran, atau ragu-ragu bahwa penerima sedekah tersebut bukanlah orang yang berhak, sehingga muncul kekhawatiran bahwa sedekah kita tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta'alaa.

Menghadapi kekhawatiran tersebut, ada baiknya kita simak satu cerita berikut ini,

Di suatu sore, Rasulullah sedang berbincang-bincang bersama para shahabat di serambi Masjid Nabawi. Rasulullah kemudian bercerita,

Pada suatu masa, ada seorang laki-laki, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan bersedekah!". Maka keluarlah ia pada suatu malam dan ia memberikan sedekahnya tersebut kepada seorang perempuan yang ditemuinya.
Namun, belakangan baru diketahuinya ternyata perempuan tersebut adalah seorang perempuan pezina. Sehingga hal tersebut menjadi pergunjingan banyak orang.
Laki-laki tersebut berkata, "Demi Allah, sedekahku telah salah alamat, karena itu aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki.
Namun, belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya adalah seseorang yang kaya raya. Hal ini kembali menjadi pergunjingan banyak orang.
"Demi Allah," kata laki-laki ini, "Sedekahku salah alamat, maka aku akan bersedekah lagi!". Maka keluarlah ia dan memberikan sedekahnya kepada seorang laki-laki yang ditemuinya di jalan.
Belakangan baru diketahuinya bahwa ternyata laki-laki yang menerima sedekahnya ini adalah seorang pencuri. Sehingga hal ini kembali menjadi pergunjingan orang banyak.
Laki-laki tersebut akhirnya menangis. "Ya Allah, sedekahku salah alamat. Pertama kepada perempuan pezina, lalu kepada orang yang kaya dan akhirnya kepada laki-laki pencuri. Sedekahku tidak akan diterima!". Lalu laki-laki ini pun tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpinya, laki-laki tersebut didatangi seorang malaikat. Dan berkata kepadanya, "Sedekahmu diterima. Sebab bisa jadi perempuan pezina itu akan berhenti berzina karena sedekahmu. Bisa jadi orang yang kaya tersebut menjadi tergugah hatinya dan menjadi dermawan setelah menerima sedekahmu. Dan bisa saja terjadi laki-laki pencuri itu sadar dari kesalahannya dan bertaubat karena sedekahmu."

(Diriwayatkan Muslim, dari Abu Hurairah dalam "Teladan Indah Rasulullah Dalam Ibadah, Ahmad Rafi 'Usmani)

Jadi, masihkah engkau banyak alasan untuk menunda-nunda sedekahmu?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, February 06, 2013

Monday, February 4, 2013

ujungkelingking - Ada kejadian menarik (sekaligus menjengkelkan) saat saya pulang dari kantor, Jum'at kemarin. Saya pulang dengan naik bus, karena motor saya sedang opname di bengkel. (Lihat juga postingan sebelumnya).

Pada akhirnya, saya pun mendapat tempat duduk setelah hampir sepanjang perjalanan saya menemani mas kenek berdiri. Duduk di sebelah saya adalah seorang laki-laki baya dengan memangku sebuah tas besar. Melihat orangnya yang tampak amat ramah, saya pun mencoba membuka percakapan.

Pertanyaan saya sebenarnya standar untuk ukuran orang yang baru pertama kali bertemu, hanya berkutat seputar tempat tinggal, profesi dan keluarganya. Dan jawaban-jawaban yang diberikan bapak itu pun tampak biasa-biasa saja.

Namun yang membuat saya agak risih adalah setiap kali bapak tersebut berbicara dan menjawab pertanyaan saya, tangannya selalu jatuh di paha saya. Mulanya saya kira hal tersebut jamak saja untuk mengakrabkan diri antara yang lebih tua kepada yang lebih muda.

Apa yang saya kira rupanya salah. Tangan si bapak tua tak juga lepas dari paha saya. Semakin lama bahkan semakin berani menyentuh pangkal paha saya. Jiah!

Wah, gak beres nih, pikir saya. "Aset" saya harus segera diselamatkan. Tidak bisa tidak! Mimpi apa saya semalam sampai harus berurusan dengan hombreng. Saya pun menepis tangannya dari paha saya. Edannya, dia masih mengajak saya ngobrol seolah tidak terjadi apa-apa.

Beruntung kemudian karena tujuan si bapak tersebut sudah dekat sehingga perlu bersiap-siap di pintu keluar bus.

Huft, itulah sekelumit perjalanan saya yang paling menyeramkan selama ini. Setelah ini, bila Anda bepergian menggunakan angkutan umum dan harus duduk di sebelah seorang laki-laki, ada baiknya untuk ditanyakan kepada orang tersebut, "Anda hombreng (homo), tidak?"

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 04, 2013

Saturday, February 2, 2013

ujungkelingking - Sebelumnya, saya ingin bercerita dulu.

Kemarin, dengan terpaksa saya pergi ke kantor dengan naik angkutan umum. Sebab beberapa hari terakhir ini motor saya suka uring-uringan. Maklum sudah udzur, jadi kalau musim penghujan begini semua penyakitnya suka pada muncul. Okelah, kalau diterus-teruskan cerita yang ini bisa jadi curcol nanti.

Di tengah perjalanan, bus yang saya tumpangi berhenti untuk menaikkan penumpang. Beberapa orang laki-laki dan perempuan. Praktis, bus yang tadinya longgar menjadi penuh sesak. Ada yang terpaksa berdiri.

Di bangku depan saya, duduk seorang laki-laki dengan rambut gondrongnya dan seorang bapak tua dengan topinya.

Melihat ada seorang perempuan tidak mendapat tempat duduk, si bapak tua itu lalu berdiri bermaksud memberikan tempat duduknya untuk perempuan tersebut. Nah, belum sempat si perempuan duduk, naiklah seorang perempuan yang usianya lebih muda. Rupanya perempuan ini adalah teman dari laki-laki gondrong. Melihat ada temannya naik, si laki-laki gondrong ini langsung mempersilahkannya duduk di sebelahnya, di tempat yang sedianya diberikan oleh si bapak tua untuk perempuan yang pertama tadi. Lucunya, perempuan yang datang barusan ini langsung duduk saja tanpa menyadari bahwa tempat itu bukan untuknya.

Selesai.

***

Saya, kemudian jadi menghubung-hubungkan. Di dalam hidup -sadar atau tidak- sebenarnya tipikal-tipikal manusia kebanyakan telah terwakili oleh orang-orang yang saya temui di dalam bus itu. Coba simak saja tipikal-tipikal berikut:
  • Ketika dalam keadaan "tidak bisa berbuat apa-apa", ada tipikal orang yang lebih memilih diam menerima nasibnya. Tipikal ini diwakili oleh perempuan pertama yang tidak mendapat tempat duduk. Sadar karena naik terlambat sehingga tidak kebagian tempat duduk, maka dengan legowo dia berdiri.
  • Ada tipikal "orang-orang baik" yang diwakili oleh si bapak tua. Tipikal orang yang rela memberikan haknya untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Namun biasanya tipikal seperti ini tidak memiliki kekuasaan sehingga perbuatan baiknya sering tidak berefek banyak.
  • Ada juga tipikal orang yang diwakili oleh laki-laki gondrong. Memiliki "kekuasaan" namun suka merebut hak yang bukan miliknya. Apakah si laki-laki gondrong tidak tahu bahwa si bapak tua itu memberikan tempat duduknya untuk perempuan pertama? Tau, kok! Hanya saja atas nama "solidaritas" maka teman sendiri harus diutamakan daripada orang lain yang lebih berhak sebenarnya.
  • Tipikal keempat ini adalah orang-orang tidak memiliki kuasa apa-apa, namun sekaligus cuek dan tidak mau tahu dengan kepentingan orang lain. Tipikal seperti perempuan muda adalah tidak peka sosial, simpati dan empatinya kurang.
Si perempuan muda bisa saja beralasan, lah saya ditawari kok, kenapa ditolak? Tentu saja menerima bantuan orang lain sah-sah saja, namun yang perlu diingat adalah apakah penerimaan kita itu akan mencederai keadilan sosial atau tidak (waduh, bahasanya...). Lah memangnya ada orang yang ditawari, pakai bertanya dahulu?

Ternyata ada!

Tipikal kelima ini saya temukan kemarin juga, dalam perjalanan pulang ke rumah. Situasi di bus penuh sesak, saya bersama beberapa orang tidak mendapat tempat duduk. Setelah agak lama perjalanan, penumpang mulai berkurang, satu-dua kursi mulai kosong. Seorang laki-laki (tentang laki-laki ini akan saya ceritakan dalam postingan yang lain), menawarkan tempat duduk di sebelahnya. Karena saat itu masih ada seorang perempuan yang berdiri, saya cuma tersenyum, menolaknya. Akhirnya laki-laki ini menawarkan tempat kosong itu kepada perempuan tersebut. Mendapat tawaran seperti itu, si perempuan ini tak langsung menerimanya. Masih sempat ia bertanya, "Kosong ya, Pak?". Nah loh!

Karena itu, dengan mengetahui macam-macam tipikal itu, mudah-mudahan kita bisa menempatkan diri dalam posisi yang bermartabat.

Ya, ya ini sih cuma pemikiran saya yang masih dangkal. Kurang matang, memang. Maklum manggangnya di atas bus.

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, February 02, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!