Monday, February 28, 2011

ujungkelingking - Apakah agama itu mitos? Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini.

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,

"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,

"Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja gelap itu ada."

Mahasiswa itu menjawab,

"Sekali lagi Anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak."

"Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna."

"Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab,

"Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,

"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan."

"Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Dan mahasiswa itu adalah,

Albert Einstein.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 28, 2011
ujungkelingking - Sebelumnya, saya akan bercerita tentang putra pertama saya yang berusia hampir satu tahun. Yang saat ini sedang memulai langkah-langkah pertamanya. Dua langkah, tiga langkah, bahkan, pernah sampai enam langkah. Tapi lalu kemudian dia “ngambek”, gak mau berjalan lagi. Dua hari kemudian baru dia mau berjalan lagi. Memang baru 2-3 langkah, lalu jatuh, lalu mencoba berjalan lagi.

Pernah coba menaiki jendela yang setinggi bahunya. Tentu saja gak bisa. Tapi siangnya dia malah mencoba lagi. Begitu juga keesokan harinya.

Begitulah anak-anak.

Nah, yang ingin saya sampaikan disini adalah kenapa meskipun beberapa kali jatuh, berkali-kali terbentur tembok tapi anak-anak masih akan mencoba lagi, dan lagi, sampai pada akhirnya mereka bisa? Jawabannya ternyata cukup sederhana, karena mereka belum mengenal istilah “putus-asa” dan kata “menyerah”. Meminjam bahasa guru saya, mereka belum mengenal konsep gagal.

Berbeda dengan kita, yang sudah dewasa, konsep gagal itu itu sudah terekam kuat pada diri kita. Hingga memunculkan paradigma bahwa kita pasti gagal, bahwa kita akan jatuh. Konsep gagal itu pula yang membuat kita mundur, tidak berkembang, dan menjadi sosok paranoid.

Kapan kita mulai mengenal konsep gagal?

Sejatinya, kita mengenal konsep gagal sejak kita mengenal arti kata “malu”.
Saya contohkan saja seperti saat kita masih di sekolah dasar. Ketika guru memberikan soal kepada para muridnya, lalu kita yang saat itu begitu pe-de menjawab dengan lantang. Di luar dugaan, ternyata jawaban kita salah, lalu teman-teman sekelas kita mulai menyoraki dan mentertawakan kita. Saat itu kita merasa malu. Bahkan ketika sang guru memberikan soal yang lain, kita jadi ragu-ragu menjawabnya, jangan-jangan kita akan salah lagi. Kita menjadi begitu takut salah, tapi sebenarnya saat itu dimulailah pengenalan kita akan kegagalan.

Bagaimana mensikapinya?

Sama seperti dalam contoh di atas, ketika kita salah dalam menjawab soal, kita membutuhkan support dari guru kita, bahwa menjawab salah itu bukan kesalahan. Kegagalan itu adalah saat kita takut untuk mencoba lagi.

Dan pemikiran semacam ini haruslah kita bawa sampai kita dewasa. Bahwa jatuh saat berusaha bukanlah hal yang harus ditakuti. Diantisipasi, mungkin. Tapi bila terlalu over juga akan membuat setiap langkah kita menjadi berat.

Atau tanamkan saja dalam kepala kita bahwa dalam setiap memulai sesuatu yang baru kita justru harus jatuh. Karena dengan begitu kita akan “lebih siap” jika benar-benar jatuh. Dan dengan begitu kita akan lebih mudah melanjutkan, karena kita sudah mempelajari sebab kejatuhan kita.

Konon, sebelum Thomas A. Eddison berhasil dengan percobaannya menemukan lampu pijar, dia telah mencoba dan gagal hingga 2 ribuan kali.

Saat dia ditanya tentang kegagalannya itu, Thomas dengan cepat menjawab, “Saya tidak pernah gagal,”

“Saya justru telah menemukan 2 ribu benda yang tidak bisa menghantarkan listrik.”
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 28, 2011
ujungkelingking - Bila Anda merasa gampang lelah dan kurang semangat barangkali sebabnya adalah kekurangan vitamin, atau bisa juga kurang darah. Yang terakhir ini, masyarakat masih sering rancu dengan menyebutnya sebagai darah rendah. Padahal, darah rendah dan kurang darah adalah dua kondisi yang berbeda sama sekali.

Kurang darah adalah istilah untuk menyebutkan keadaan anemia yaitu kadar hemoglobin (hb) darah yang rendah atau kurang dari normal. Hemoglobin tersebut terdapat pada sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi untuk membawa oksigen keseluruh organ tubuh. Oleh karena itu apabila seseorang menderita kurang darah maka akan mengeluh lemah karena oksigen yang mengalir ke jaringan dan organ tubuh berkurang.
Sedangkan darah rendah adalah kekuatan pompa jantung yang dibandingkan dengan tahanan yang ada di pembuluh darah tepi (perifir).

Kurang darah, berarti kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.
Darah rendah terjadi ketika tekanan darah yang diukur dengan pengukur tekanan darah berada di bawah normal.

Saat kurang darah, mata berkunang-kunang dan gampang pusing karena hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh kurang.
Pada penderita darah rendah, hal yang sama terjadi karena ada gerakan berdiri dari posisi duduk atau jongkok mendadak sehingga aliran darah di otak turun tiba-tiba akibat gravitasi bumi.

Kurang darah berarti ada “zat” dalam darah yang berkurang.
Darah rendah berarti ada tekanan darah dalam pembuluh darah yang berkurang.

Melihat dari hal-hal tersebut, kurang darah bisa terjadi pada kondisi darah rendah, normal, dan juga tinggi.
Kurang darah umunya disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Sedang penyebab darah rendah biasanya dipengaruhi oleh volume darah, keadaan pembuluh darah, dan keadaan jantung.

Nah, agar tidak menjadi penyakit yang berbahaya bagi tubuh, ada upaya pencegahan yang bisa Anda lakukan.

Kurang Darah:

Bisa diatasi dengan meminum suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin C.
Konsumsi makanan seperti tersebut daging dan sayuran hijau.
Konsumsi vitamin C untuk mengikat zat besi dalam makanan yang Anda konsumsi.
Jangan minum teh setelah makan daging. Sebab, menurut sejumlah penelitian, zat tannin dalam teh justru menghambat penyerapan zat besi di usus.

Darah Rendah:

Banyak memakan masakan yang banyak mengandung garam. Tentu, dalam kadar yang tetap terukur.
Minum lebih banyak cairan.
Bagi yang suka olahraga, cairan yang mengandung natrium dan potasium sangat disarankan.
Kurangi (atau hilangkan) kebiasaan minum kopi atau alkohol.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, February 28, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!