ujungkelingking - Para Nabi Pernah Berbuat Dosa?
Alhamdulillah, saya masih diberikan kesempatan untuk mosting satu artikel setelah sebelumnya absen beberapa hari.
Mudah-mudahan kita semua dikaruniai keselamatan, kesehatan, ilmu yang bermanfaat dan rejeki yang berkah. Aamiin.
***
Kemarin ada sebuah postingan di salah satu sosmed, yang menulis bahwa untuk menyampaikan pesan kebaikan kita tidak perlu harus menjadi baik se-utuhnya. Penulis berpendapat demikian dengan dasar fakta bahwa ternyata para nabi-pun juga pernah melakukan dosa. Karenanya jika untuk menyampaikan pesan kebaikan harus menjadi manusia suci terlebih dahulu, maka agama ini tidak akan pernah tersebar.
Penulis juga menyebut beberapa nabi yang pernah berbuat dosa, diantaranya:
- Nabi Adam pernah melanggar larangan Tuhannya. Yaitu ketika dilarang untuk memakan buah khuldi
- Nabi Musa pernah membunuh
- Nabi Yusuf pernah berhasrat untuk berzina dengan istri pembesar Mesir
- Nabi Ibrahim pernah berbuat syirik. Yaitu ketika menganggap bintang, bulan dan matahari sebagai tuhan
- Nabi Ibrahim pernah meragukan ke-Esaan Allah. Yaitu ketika Ibrahim bertanya kepada Tuhannya, "Bagaimana Engkau menghidupkan orang yang telah mati?"
- Nabi Ibrahim pernah berbohong sebanyak 3 kali. Yaitu ketika diajak kaumnya untuk berburu dan dia mengatakan, "Aku sakit"; dan ketika dia ditanya tentang siapa yang menghancurkan semua berhala-berhala mereka, Ibrahim menjawab, "Berhala yang paling besar itulah pelakunya"; dan ketika sang Raja bertanya kepadanya tentang Sarah (istrinya), Ibrahim menjawab, "Ini adalah saudariku"
- Nabi Muhammad pernah mengabaikan seseorang yang tua dan buta
***
Nah, pada kesempatan ini ijinkanlah saya untuk menyampaikan beberapa argumen tentang hal-hal di atas.
Satu, mengenai teknis berda'wah
Memang benar bahwa setiap kita punya kewajiban untuk meyampaikan pesan agama. Dan benar pula bahwa kita tidak perlu harus menjadi kiai atau ustadz terlebih dahulu untuk berda'wah. Namun kita harus juga memperhatikan ayat berikut,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan yang tidak kalian perbuat?""Sungguh besar kemurkaan Allah jika kalian mengatakan yang tidak kalian kerjakan"[Ash-Shaff: 2-3]
Maka yang penting untuk digarisbawahi di sini adalah bahwa ketika kita menyuruh seseorang untuk melakukan suatu kebaikan, maka kita harus sudah menjadi pelaku kebaikan itu sendiri. Minimal kita sedang mencoba melakukannya.
Sungguh lucu ketika kita menyuruh orang lain mengerjakan shalat sementara kita sendiri tidak pernah melakukannya. Amat konyol jika kita menda'wahi setiap muslimah untuk berhijab sementara istri atau putri-putri kita masih mengumbar auratnya. Jika ini yang terjadi maka pesan yang ingin kita sampaikan akan langsung gugur.
Dua, mengenai para Nabi yang dikatakan pernah berbuat dosa
Ibnu Taimiyyah dan mayoritas ulama' rahimahumullah menyatakan bahwa seluruh nabi dan rasul adalah ma'shum (terjaga dari perbuatan dosa). Ada catatan pula bahwa yang dimaksud dengan ma'shum di sini bisa berarti memang tidak melakukan dosa tersebut, atau bisa berarti melakukannya namun akan langsung diluruskan oleh Allah subhanahu wa ta'alaa.
Adapun mengenai beberapa "dosa" para Nabi di atas, berikut catatan dari saya.
Adam melanggar perintah Tuhan
- Pada saat melakukan pelanggaran itu, Adam belum menjadi seorang Nabi. Adam baru diangkat menjadi Nabi setelah diturunkan ke bumi. (Thaahaa: 122)
- Adam lupa. (Thaaha: 115)
- Kesalahan ijtihad. Maksudnya, yang dilarang adalah pohon yang ini, yang dimakan adalah pohon lain yang sejenis. Atau, yang dilarang adalah mendekatinya sedang yang dilakukan adalah memakannya. (Al-Baqaraah: 35; Thaaha: 121)
Musa membunuh
- Pada saat itu Musa belum diangkat menjadi Rasul. Musa baru dipilih oleh Allah setelah dalam pelariannya dan bertemu Nabi Syu'aib alaihissalam dan menikah dengan putrinya. (Thaaha: 11-13)
Yusuf berniat berzina
- Dalam surah Yusuf: 24 memang dikatakan bahwa Yusuf-pun sebenarnya ada niatan untuk mengikuti ajakan istri tuannya itu. Tapi baru sebatas niat. Dan niat yang buruk BELUM DICATAT SEBAGAI DOSA, kecuali jika sudah benar-benar dilakukan.
Ibrahim syirik
- Ibrahim adalah seorang nabi yang cerdas dan kritis. Ucapannya yang mengatakan pada bintang "Ini adalah Tuhanku" adalah sebagai ajakan berpikir karena kaumnya pada waktu itu adalah penyembah bintang. Terbukti ketika bintang itu tenggelam Ibrahim berkata lagi, "Aku tidak suka sesuatu yang menghilang". Maksudnya, kalau ia tidak abadi kenapa dianggap sebagai tuhan? Bahkan ketika bulan dan matahari pada akhirnya juga terbenam, Ibrahim mengatakan "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan". (Al-An'am: 76-78)
Ibrahim meragukan ke-Esaan Allah
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)."[Al-Baqaraah: 260]
- Pertanyaan yang diajukan Ibrahim bukanlah "Bisakah Engkau menghidupkan...", akan tetapi "Bagaimana Engkau menghidupkan...". Pertanyaan "bagaimana" bukan menunjukkan keraguan, akan tetapi mempertanyakan cara, proses atau teknisnya. Sebagai seorang yang kritis, masuk akal jika yang ditanyakan oleh Ibrahim adalah detail-nya.
Ibrahim berbohong 3 kali
- Penyataan "aku sakit" belum tentu menunjukkan sakit secara fisik. Ibrahim menggunakan kata yang sifatnya ambigu, sehingga sakit di sini bisa diartikan sakit (hati) melihat kelakukan kaumnya.
- Pernyataan "berhala yang paling besar itulah pelakunya" adalah sindiran buat kaumnya, karena dengan jawaban Ibrahim itu mereka pasti akan membantah bahwa patung berhala itu kan tidak bisa melakukan apa-apa. Dengan ini Ibrahim akan bisa memasukkan unsur da'wahnya bahwa kalau berhala itu tidak bisa melakukan apa-apa kenapa terus disembah?
- Yang dimaksud Ibrahim dengan "ini adalah saudariku" adalah saudara seiman. Bukankah sesama mukmin itu bersaudara? Dan jawaban ini dipakai oleh Ibrahim untuk menyelamatkan Sarah karena raja tersebut dikenal suka merebut istri orang.
Nabi Muhammad mengabaikan orang yang tua dan buta
Menurut riwayat Ibnu Abbas, ketika itu Rasulullah sedang menghadapi beberapa pemuka kaum Quraisy dalam rangka penyampaian risalah Islam.
Pada waktu itu datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang laki-laki yang tua dan buta. Dia memohon kepada Nabi agar diajarkan Islam kepadanya. Rasulullah menimbang lebih besar yang mana manfaatnya. Penyampaian Islam kepada pemuka Quraisy atau kepada laki-laki buta ini.
Dalam ilmu ushul/fiqih kita akan menemukan kaidah "mengambil yang terbaik di antara dua hal yang baik". Maka Rasulullah memilih tetap menyampaikan da'wah kepada pemuka Quraisy.
Jadi apa yang dilakukan oleh Rasulullah bukan hal yang salah sebenarnya. Harapannya jika para pemuka ini mau memeluk Islam, bisa dipastikan kaumnya yang lain akan mengikuti. Maka Rasulullah mengabaikan laki-laki tersebut.
Dalam ilmu ushul/fiqih kita akan menemukan kaidah "mengambil yang terbaik di antara dua hal yang baik". Maka Rasulullah memilih tetap menyampaikan da'wah kepada pemuka Quraisy.
Jadi apa yang dilakukan oleh Rasulullah bukan hal yang salah sebenarnya. Harapannya jika para pemuka ini mau memeluk Islam, bisa dipastikan kaumnya yang lain akan mengikuti. Maka Rasulullah mengabaikan laki-laki tersebut.
Namun Allah tetap menurunkan ayat-Nya dari surah 'Abasa, "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling."
Maka Rasulullah segera menyadari apa yang terjadi dan segera dicarinya Ibnu Ummi Maktum dan memperkenankan apa yang dimintanya. Sejak saat itu dia menjadi seseorang yang sangat disayang oleh Rasulullah. Bahkan setiap kali bertemu, Rasulullah selalu berseri wajahnya dan jika memanggilnya, Rasulullah akan mengatakan,
"Wahai orang yang telah menjadi sebab satu kumpulan ayat turun dari langit kepadaku."
"Wahai orang yang telah menjadi sebab satu kumpulan ayat turun dari langit kepadaku."
Wallahu a'lam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, May 10, 2014