ujungkelingking - Pagi-pagi lihat berita di JTV, ada informasi orang hilang. Seorang gadis yang telah dilaporkan meninggalkan rumah.
Awalnya saya berpikir mungkin saja gadis ini mengalami tekanan, stress atau gangguan kejiwaan, lalu jalan-jalan ke luar rumah dan tak bisa pulang. Akan tetapi dalam informasi tersebut dikatakan bahwa sang gadis meninggalkan rumah dengan membawa motor Honda Beat L 5997 T, (yang ini nanti bisa dikonfirmasi ke pihak JTV, untuk menghindari salah info).
Namun yang menjadi pokok pemikiran saya adalah dalam informasi tersebut juga dikatakan bahwa sang gadis nekat meninggalkan rumah (baca: minggat) karena tidak dibelikan mobil oleh orangtuanya. Dan ia baru akan pulang setelah keinginannya itu dituruti.
Sebuah keadaan yang membuat prihatin, tentu saja. Hal-hal yang sebenarnya biasa namun disikapi dengan sangat “luar biasa”.
Sebenarnya apakah penting sebuah mobil bagi seorang remaja, seperti gadis ini?
Kepemilikan sebuah mobil bagi seorang remaja seharusnya bukan termasuk hal yang sangat-urgent-banget. Artinya masih bisa disiasati dengan cara yang lain. Berbeda bila sebuah keluarga –misalnya- dengan balita lebih dari dua, membawa banyak barang dan perlengkapan, yang kalau naik angkot tentu repot bukan main, maka kepemilikan sebuah mobil bisa menjadi pertimbangan. Meski yang inipun masih bisa disiasati dengan cara rental atau carter, misalnya.
Lalu apa maksud sang gadis memaksa orangtuanya membelikannya sebuah mobil?
Data yang diberikan oleh pihak televisi tentu tidak akurat. Hanya sebatas pakaian yang dikenakan, dan sejak kapan kepergiannya. Apa maksud sang gadis meminta mobil juga tidak disebut. Namun kita semua tahu jawabannya. Kalau bukan mengedepankan gaya hidup hedon, apa lagi?
Faktanya terpampang di depan kita. Lingkungan mengamini itu semua. Seorang remaja yang ber-mobil akan terlihat lebih hebat dibandingkan teman-temannya yang lain. Tentu saja dengan itu ia akan mendapat banyak teman, pengakuan dari orang-orang terdekat, dan kebanggaan.
Pola pikir yang semacam inilah yang perlu direduksi. Pada akhirnya kedekatan orangtua dan anak yang menjadi perhatian. Dengan kedekatan hubungan emosional yang baik, komunikasi akan terjalin dengan efektif. Orangtua akan bisa memahami apa maksud si anak, atau -dalam kasus ini- sang anak akan mudah mencerna apa tujuan orangtua. Dengan itu diharapkan tidak ada penyelesaian masalah dengan jalan kabur dari rumah.
Hm, akhirnya saya hanya bisa berdoa agar yang bersangkutan bisa segera ditemukan dalam keadaan sehat wal afiat. Atau yang lebih baik lagi, sang gadis menyadari kesalahannya kemudian mau pulang dan meminta maaf kepada orangtuanya.
Aamiin.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, November 30, 2013