Tuesday, July 30, 2013

ujungkelingking - Hari Minggu kemarin saya akhirnya sempat menonton televisi. Iseng-iseng nonton TVRI. Kebetulan acara waktu itu adalah acara untuk anak-anak. Kalau tidak salah nama acaranya "Hayya Bi Du'a" (Ayo berdoa).

Pada tayangan tersebut diceritakan ada seorang anak laki-laki yang membawa minumannya ke dalam kelas. Lalu dia meminta kepada temannya -seorang anak perempuan- yang kebetulan ada di situ untuk tidak meminum minumannya, karena dia akan pergi sebentar.

Namun, anak perempuan ini kemudian meminum minuman tersebut, dan kepergok oleh anak laki-laki pemilik minuman tersebut. Lalu dengan mimik tidak suka, si anak laki-laki mengatakan kepada anak perempuan tersebut bahwa perbuatannya itu termasuk perbuatan dosa dan dia akan masuk neraka. Anak perempuan itu akhirnya menangis, karena dia tidak ingin masuk neraka. Terjadilah kegaduhan karena kedua anak tersebut.

Kemudian datanglah ibu (atau ibu guru?) dari kedua anak itu, menenangkan. Lalu ibu tersebut mengajarkan doa agar terbebas dari neraka, yaitu "Rabbana aatinaa fi 'd-dunya hasanah..." dst. Setelah membaca doa tersebut si anak perempuan sudah yakin bahwa dirinya tidak akan masuk neraka dan melanjutkan meminum minuman yang bukan miliknya itu.


Benar, tapi salah

Islam memang menganjurkan agar kita memperbanyak doa-doa semacam itu. Namun bukan berarti setelah membacanya lalu otomatis kita boleh berbuat (baca: melanjutkan) dosa yang telah kita lakukan. Ampunan itu haknya Allah. Bahwa Allah akan mengampuni semua dosa (selain syirik), itu betul. Namun salah satu syarat ampunan itu adalah dengan tidak mengulang perbuatan dosa tersebut.

Tentu saja yang saya kritisi di sini hanyalah penerapan contohnya yang tidak tepat. Akan lebih sesuai bila ditunjukkan perasaan menyesal pada diri si anak perempuan atau mungkin ada "penekanan" janji yang diucapkan anak perempuan itu bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan salahnya tersebut.

Bagaimanapun -sebuah tayangan- meski itu diperuntukkan bagi anak-anak, akan lebih baik bila kita senantiasa mendampingi mereka. Langsung menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, lalu menjelaskannya. Dengan langkah ini diharapkan kita bisa menyaring apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh otak mereka.

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 30, 2013

Thursday, July 25, 2013

ujungkelingking - Setelah Mamang Yono membagi tipsnya tentang bagaimana cara melaporkan "pihak" yang melakukan copy-paste terhadap artikel di blog kita -yaitu dengan melaporkannya di sini- maka melalui postingan kali ini saya ingin berbagi tentang bagaimana cara kita mengetahui apakah blog kita sedang di copas oleh orang lain atau tidak.

Sebenarnya bagi rekan-rekan yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia blogging, pasti sudah tahu bagaimana caranya. Namun bagi saya, tetap perlu saya tuliskan di sini, sekedar sebagai catatan pribadi saja barangkali nanti lupa. Hehe...

Ada 2 cara yang bisa kita pilih untuk memeriksa apakah artikel di dalam blog kita ada yang mengcopy-pastenya atau tidak.

Cara pertama adalah dengan memilih salah satu dari artikel terpopuler kita.

Lalu ambil salah satu paragraf untuk dicopy-kan di mesin pencari google. Jangan lupa untuk menambahkan tanda kutip (") di awal dan akhir paragraf tersebut.

Kirain artikel saya gak ada yang mutu,
eh gak nyangka kan ada yang nyomot juga? (dok. pribadi)


Selanjutnya, google akan mendeteksi kalimat-kalimat yang sangat mirip atau persis dengan kalimat milik kita tersebut. Perhatikan url blog copasser tersebut dan tingkat kemiripannya.

Setelah itu, kita tinggal memilih akan melaporkannya atau tidak. 

Cara kedua, yang mungkin lebih simpel adalah dengan masuk ke site-nya CopyScape.

Masukkan url blog kita, dan akan terdeteksi artikel-artikel yang mirip dengan blog kita.

Ada yang mirip banget di Kompasiana.
Tentu saja, karena saya juga mempostingnya di sana (dok. pribadi)

Semoga blog-blog kita diselamatkan dari aktifitas-aktifitas yang tidak terpuji ini.

Tapi, mungkin gak sih???

Malah ada yang bilang, kalau artikel kita sampai di-copas oleh orang lain, itu berarti artikel kita memang bagus. Nah loh?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, July 25, 2013

Wednesday, July 24, 2013

ujungkelingking - Anda yang kebetulan bekerja di kantor mungkin akrab mengerjakan tugas-tugas via excel.

Nah, seringkali ada tugas-tugas yang lebih mudah dikerjakan dengan rumus-rumus yang sudah ada di excel. Namun karena kita tidak tahu cara pengaplikasiannya dan merasa semakin ribet dengan itu, sehingga kita lebih memilih mengerjakannya secara manual. Padahal itu memakan waktu yang lebih lama.

Belum lagi jika tugas tersebut cukup banyak. Tanpa bantuan fungsi dan formula dari excel, waktu bekerja kita menjadi tidak efisien.

Kali ini saya ingin berbagi sebuah aplikasi gratis alias gretongan yang berisi rumus-rumus excel secara lengkap!

Dibuat oleh Kang Peter Noneley, dengan desain yang minimalis, namun dengan isi yang bikin bikin mupeng penyuka excel macam saya, hehe... #Gubrak! 

Tampilannya sederhana puoll, dengan 3 menu: Kamus Fungsi, Contoh-Contoh Fungsi, dan Kategori Fungsi

Tampilannya minimalis, isi maksimal (dok. pribadi)

Semua rumus ada di sini (dok. pribadi)

Contoh penerapannya dalam tugas

Dan meskipun disajikan menggunakan bahasa Inggris, saya pikir kita tidak akan terlalu kesulitan memahaminya karena semuanya menggunakan contoh penerapannya.

Namanya XLFDIC04. Yang tertarik bisa download di sini.


Semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, July 24, 2013

Tuesday, July 23, 2013

ujungkelingking - Kita tahu bahwa anak adalah anugerah paling indah yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita. Dan kita juga sadar bahwa setiap titipan pasti akan diambil kembali oleh pemiliknya, entah kapan, entah bagaimana caranya. Dan sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling baik menjaga barang titipan tersebut.

Karena itulah tugas kita -sebagai orangtua- adalah menjaga dan merawat titipan tersebut dengan sebaik-baiknya. Namun, sebagai manusia kita juga memiliki banyak kelemahan. Tidak setiap waktu kita bisa menjaga mereka. Tak selamanya kita akan hidup untuk mengawasi mereka. Maka dari itu diperlukan suatu tindakan preparasi yang membuat mereka tetap dapat menjaga kebaikan diri mereka sendiri, sepeninggalnya kita nanti.

Tindakan tersebut kita menyebutnya, pengajaran.

Saya percaya bahwa setiap orangtua pastilah menginginkan pengajaran yang baik untuk anak-anak mereka. Begitu banyak hal-hal baik yang harus kita tanamkan kepada mereka. Jika hal itu kita lakukan sejak dini, besar kemungkinan bahwa mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang baik juga nantinya.

Namun, banyak dari kita -seperti judul postingan ini- yang mengajarkan kebaikan justru dengan menyuruh mereka untuk berbuat baik. Ini adalah sebuah kesalahan.

Sumber gambar: kompasiana.com
Saya selalu berpikir, adalah sebuah keegoisan ketika kita menyuruh seorang anak untuk berbuat baik. Yang seharusnya terjadi adalah mengajak mereka berbuat baik. Ada perbedaan mendasar antara 'menyuruh' dan 'mengajak' berbuat baik. Mengajak berbuat baik memiliki konsekuensi logis, yaitu keteladanan. Mengajak anak berbuat baik mengharuskan kita sudah terbiasa melakukan kebaikan tersebut. Bukankah aneh ketika kita menyuruh anak berbuat baik sedangkan kita tak pernah melakukan dan memberikan contoh untuk itu?

Bukanlah hal yang sulit mengajarkan kebaikan kepada anak-anak, selama teladan kebaikan itu ada pada diri kita. Yang susah justru adalah menata kebaikan di dalam diri kita, karena kita sudah terlanjur "terbentuk" seperti ini. Tapi bukan tidak mungkin kita belajar demi anak-anak kita.

Jadi, berhentilah menyuruh mereka berbuat baik. Mulailah berbuat baik, dan ajak mereka untuk turut serta.

Segera.

Selamat Hari Anak Nasional
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 23, 2013

Monday, July 22, 2013

ujungkelingking - Idea-less...

Adalah istilah yang pada akhirnya harus saya gunakan untuk mendefinisikan ketiadaan ide atau nge-blank-nya inspirasi di otak saya.

Tugas-tugas kantor yang semakin menumpuk sehubungan dengan adanya mesin baru, pekerjaan-pekerjaan di rumah menjelang lebaran serta kerepotan-kerepotan kecil bersama istri dan anak-anak menjadi menarik untuk dinikmati-tanpa perlu dituliskan.

Sementara terhadap blog ini, yang saya lakukan hanyalah “melempar” artikel-artikel yang sudah beberapa minggu nyantol di draft. Atau jika tidak, hanya melakukan sedikit editing pada isi maupun tampilan postingan.

Selain itu, saya benar-benar idea-less.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, July 22, 2013

Friday, July 19, 2013

ujungkelingking - Belasan abad yang lalu, ketika wahyu Allah untuk pertama kalinya turun kepada seorang -al-amiin- Muhammad bin Abdullah, yang wahyu itu sekarang kita hafal di dalam Al-Qur'an sebagai ayat pertama dari surah Al-Alaq, yang berbunyi;

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,"

[Al-Alaq: 1]

Iqra', merupakan bentuk 'amr (kata kerja perintah) dari qara'a-yaqro'u (membaca) sehingga artinya adalah perintah untuk membaca.

"Bacalah!". 

Dan seperti yang kita tahu dalam kaidah ushu 'l-fiqh bahwa "hukum asal dari setiap perintah adalah wajib" (al-ashlu li 'l-amri li 'l-wujub), maka setiap muslim, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, wajib hukumnya untuk melek-huruf.


Membaca adalah simbol ilmu pengetahuan

Dari frasa pertama di atas saja sudah memiliki makna kuat yang luas. Meski secara teks hanyalah perintah untuk "membaca", namun pengertiannya tidak hanya berhenti sampai di situ saja.

Membaca, dalam konteksnya yang lebih luas berarti menganalisis-mempelajari-memahami untuk selanjutnya merespon, memperhitungkan dan bereaksi terhadapnya. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana, "membaca" berarti berproses menjadi lebih mengerti (baca: lebih baik). Karena itu sebuah kalimat hikmah berbunyi, "Hasil dari belajar bukanlah pengetahuan, akan tetapi tindakan".

Maka dari kata pertama dalam ayat tersebut, Islam seolah-olah ingin mengatakan kepada kita -kaum muslimin-, "Belajarlah, cari ilmu!", "Jangan jadi bodoh dan terbelakang!", "Raih dunia dengan ilmumu!". Pelajari dan kuasai sebanyak-banyaknya ilmu. Ilmu dalam segala penyebutannya: ilmu bumi, ilmu sosial, ilmu astronomi, ilmu negara, ilmu sastra, ilmu bahasa, ilmu eksakta, dsb.

Jadilah seorang muslim yang multi-skill!


Iqra' saja tidak cukup

Islam, memang mewajibkan umatnya untuk menjadi terpelajar. Namun Islam sebagai agama juga mengharuskan mereka untuk tetap sujud terhadap Rabb-nya.

Karena itulah perintah iqra' dalam ayat di atas disambung dengan kalimat "bismi rabbika..." (dengan nama Tuhanmu). Maksudnya apa? Agar setiap muslim yang pandai, cerdas dan terpelajar tetap menyadari akan eksistensi Tuhannya. Bahwa dirinya adalah seorang hamba yang harus tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh Tuhannya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Sehingga proses iqra' yang dilakukannya tetap diikuti dengan ketaatan terhadap Sang Pencipta.

Maka dengan itu ketika seorang muslim tersebut menjadi guru, maka dia menjadi seorang guru yang beriman dan mengajarkan ketakwaan kepada murid-muridnya.

Ketika seorang muslim itu menjadi direktur, maka dia memimpin dan memperlakukan semua bawahannya secara adil dan bijak.

Ketika seorang muslim itu menjadi pejabat, maka dia mampu menerapkan nilai-nilai keislaman pada setiap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.

Pendeknya, sebagai apapun seorang muslim, maka ia melakukannya dengan tetap berlandaskan pada aturan-aturan Allah, Tuhan yang Menciptakan dirinya.

***

Maka iqra' saja tanpa diikuti dengan "bismi rabbika 'l-ladzi khalaq" hanya akan menghasilkan orang-orang yang lalai terhadap agama dan ego terhadap manusia.

Jika ia menjadi seorang pendidik, ia akan mendidik dengan cara yang salah dan menghasilkan anak didik yang kacau pula.

Jika ia menjadi seorang pemimpin, maka dia akan memimpin dengan dhalim.

Jika ia menjadi seorang pejabat, maka korupsi dan pungli adalah kebiasaannya.


Naudzubillahi min dzalik.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, July 19, 2013

Wednesday, July 17, 2013

ujungkelingking - Beberapa waktu yang lalu, dengan terpaksa saya mengikuti ajakan istri untuk memeriksakan mata saya. Sekedar diketahui, saya memang memiliki "sedikit" gangguan pada mata.

Gangguannya seperti berikut, jika mata sebelah kanan saya ditutup (saya melihat dengan mata yang kiri), semuanya terlihat normal. Gambar sekecil apapun masih terlihat dengan jelas oleh saya. Namun bila mata kiri yang ditutup (melihat dengan mata sebelah kanan) barulah terlihat ketidaknormalannya. Bahkan tulisan segede apapun menjadi berkedip-kedip. Samar, tidak jelas.

Pada beberapa klinik mata yang saya kunjungi umumnya menetapkan tarif -sekitar 25 ribu rupiah- untuk pemeriksaan mata. Malah ada yang diharuskan untuk memesan frame-nya sekalian. Beruntung, saya akhirnya menemukan klinik yang gratis untuk pemeriksaan mata dan tanpa harus memesan frame.

Sumber: media-arek.blogspot


Hasilnya, mata saya kiri dan kanan sama-sama minus 1/4. Ini cukup aneh mengingat mata kiri saya sepertinya normal-normal saja, berbeda dengan mata kanan saya yang memang terasa sekali bermasalahnya. Sempat terpikir oleh saya, apakah ini ya, yang disebut dengan lazy eyes (mata malas)? Tapi sepertinya bukan, ah! *Menghibur diri sendiri.

Pekerjaan saya memang mengharuskan saya untuk menatap monitor selama bekerja. Barangkali inilah yang menjadi penyumbang terbesar gangguan mata saya. Apalagi saya jarang berolahraga, hehe... Karena itu bagi Anda yang terus-menerus di depan komputer, banyak-banyaklah memberi kesempatan mata Anda untuk beristirahat dengan mengalihkan pandangan ke arah lain selama beberapa menit. Makan buah-buahan yang berwarna segar juga bagus untuk kesehatan mata. #sok_bijak

Hm, langkah terakhir mungkin memang saya harus menggunakan kacamata untuk beraktifitas. Tapi itu nantilah. Sementara ini, saya lebih suka memakai obat tetes mata herbal yang berbahan dasar madu. Eits, bukan bermaksud ngiklan, tapi yang gak betah perih lebih baik tidak memakai obat semacam ini.

Hehehe...

#edisi_posting_gak_jelas               #daripada_ngendon_di_draft
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, July 17, 2013

Tuesday, July 16, 2013

ujungkelingking - Menindaklanjuti tulisan sebelumnya bahwa adab (baca: akhlak yang baik) menempati posisi penting dalam Islam. Sebagaimana kita ketahui dalam banyak riwayat, Rasulullah kerap mempersandingkan antara "bertakwa kepada Allah" dengan "berakhlak yang baik". Karena itu jika takwa kepada Allah menyebabkan cinta Allah kepada kita, maka akhlak yang baik menyebabkan kecintaan makhluk kepada kita.

Yang menjadi sandaran dalam postingan kali ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang berbunyi,

"Wahai Abu Hurairah! Hendaknya engkau berakhlak yang baik." Lalu Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bertanya, "Apa itu akhlak yang baik, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "[1] Engkau menyambung silaturahim terhadap orang yang memutuskannya darimu, [2] memaafkan orang yang mendhalimimu, dan [3] memberi orang yang tidak mau memberi kepadamu."

[Al-Baihaqi]

1. Menyambung tali silaturahim

Silaturahim berasal dari 2 kata, yaitu "silah" yang bermakna "menyambung" dan "rahim" yang berarti "kasih sayang". Nah, dari kata silah (menyambung) inilah ada pengertian yang muncul bahwa 'tidak mungkin sesuatu itu disambung kalau sebelumnya tidak putus'. Ada yang putus - baru disambung, logikanya seperti itu. Maka makna silaturahim ini menjadi bukan sekedar acara saling mengunjungi atau bertegur sapa, tapi lebih kepada menghubungkan kembali pihak-pihak atau keluarga yang tadinya berselisih, putus hubungan dan tidak pernah lagi berinteraksi.

Sebuah hadits dari Rasulullah yang menjadi penting untuk disimak,
"Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus."

[Diriwayatkan oleh Bukhari]

Dan karena berkenaan dengan keluarga/kerabat yang sebelumnya berselisih, maka dalam silaturahim ini dibutuhkan mental yang besar dan dada yang lapang untuk dapat memaafkan lebih dahulu.


2. Memaafkan

Memaafkan termasuk di dalam akhlak-akhlak yang baik. Memaafkan, menuntut hati yang besar, apalagi ketika kita dalam posisi mampu dan berkesempatan untuk membalas.

وَلا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

[An-Nuur: 22]

 وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

[Fushilat: 34]

Maksud perkataan "tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik" adalah membalasnya dengan hal yang baik. Salah satu caranya adalah dengan suka memberi bantuan.


3. Suka memberi

"Bukankah tidak ada balasan bagi amal yang baik melainkan balasan yang baik juga?"

[Ar-Rahmaan: 60]

Ayat di atas cukup sebagai dasar kenapa kita harus suka memberi. Memberi, yang dalam konteks artikel ini adalah kepada orang pelit terhadap kita tentu membutuhkan keikhlasan yang amat besar. Dan tidak ada yang memiliki keikhlasan yang besar bila tidak memiliki keimanan yang besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bersabda,
"Sedekah adalah bukti."

[Muslim: 223]

Imam an-Nawawi rahimahumullah menjelaskan, "Yaitu bukti kebenaran imannya. Karena itulah sedekah disebut shadaqah, karena merupakan bukti dari shidqu imanihi (benar keimanannya)."

***

Tentunya masih banyak lagi contoh-contoh bagaimana akhlak yang baik itu. Semuanya sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa salaam.

"Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik..."

[Al-Ahzab: 21]

Salam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 16, 2013

Monday, July 15, 2013

ujungkelingking - Sekedar menyambung lidah dan agar saya tidak lupa... 

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kita mengenal ada tiga "angka 17 ajaib". Tiga angka 17 yang saya maksudkan itu adalah 17 Agustus; 17 rakaat; dan 17 Ramadhan.

Angka 17 yang pertama adalah 17 Agustus, merupakan hari yang secara historis, paling bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari dimana negara ini memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan. Hari ini juga yang menjadi titik balik perjuangan rakyat di seluruh nusantara karena menyadari bahwa mereka kini adalah sebuah satu-kesatuan.

Yang kedua adalah 17 rakaat, atau sholat 5 waktu yang merupakan refleksi dari religiusnya para pejuang dan pemimpin perjuangan kita dahulu. Sholat ini juga adalah senjata paling ampuh untuk melawan segala bentuk kemungkaran.

Angka 17 yang terakhir adalah 17 Ramadhan yang oleh sebagian kalangan diyakini sebagai hari dimana Al-Qur'anu 'l-Kariim diturunkan. Wahyu yang merupakan petunjuk bagi kita umat Muslim seluruhnya. Pada akhirnya kemudian, setiap tanggal 17 Ramadhan kita selalu mengadakan acara peringatan "Malam Nuzulu 'l-Qur'an". 


Benarkah Al-Qur'an diturunkan pada 17 Ramadhan?

Sebenarnya tidak jelas sumber awal yang menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan. Malah, sebuah fakta yang kita tahu adalah bahwa diturunkannya Al-Qur'an adalah pada malam lailatu 'l-Qadr.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (lailatu 'l-qadr).

[Al-Qadr: 1]

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ 

Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur'an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

[Ad-Dukhaan: 3]


Kapan terjadinya malam lailatu 'l-Qadr itu?

Mengenai kapan pastinya 'malam berkah' ini tidak ada yang tahu. Pengetahuan tentang hal itu adalah mutlak milik Allah subhanahu wa ta'ala. Allah memang merahasiakannya, yang salah satu faedahnya adalah agar kita terus menerus beribadah dengan ikhlas, bukan hanya pada malam itu saja.

Namun, meski tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti, kita bisa melihat dari indikasi-indikasi yang diberikan oleh Rasulullah,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ 

Carilah lailatu 'l-Qadr itu pada sepuluh hari yang akhir di bulan Ramadhan.

Sepuluh hari yang akhir, itu berarti sekitar tanggal 21-29 Ramadhan. Ini membuktikan bahwa tanggal 17 Ramadhan tidak mungkin bisa dikatakan sebagai malam diturunkannya Al-Qur'an.


Al-Qur'an diturunkan dua kali

Kita tahu bahwa Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. Dari sini ada kemungkinan orang-orang beranggapan bahwa bisa saja ada satu ayat atau surah di dalam Al-Qur'an yang diturunkan bertepatan dengan lailatu 'l-Qadr.

Sebenarnya, Al-Qur'an turun dalam 2 tahapan.

Pertama, turun secara lengkap-sekaligus, dari Lauh 'l-Mahfudz ke langit dunia. Ini yang terjadi pada malam lailatu 'l-Qadr.

Selanjutnya, dari langit dunia turun kepada Rasulullah secara berangsur-angsur selama + 22 tahun.

Ibn Abbas radhiallahu 'anhu mengatakan, "Qur'an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada malam lailatu 'l-Qadr, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun". Lalu beliau membacakan,

وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

[Al-Furqaan: 33]

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا

Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.

[Al-Israa: 106]

Wallahu a'lam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, July 15, 2013

Friday, July 12, 2013

ujungkelingking - Sebuah kalimat yang cukup menarik, berbunyi begini,


Kalimat ini adalah merupakan gabungan dari perkataan ulama'-ulama' besar. Dan kalau sudah seorang ulama' yang mengatakannya, maka pastilah memiliki makna yang sangat luas.


Ilmu mendahului amal

Ungkapan ini diambil dari perkataan terkenal imam Al-Bukhari. Beliau mengatakan, "al-ilmu qabla 'l-qaul wa 'l-'amali". Artinya bahwa sebelum kita berkata dan berbuat, yang lebih dahulu harus kita miliki adalah ilmu tentang hal tersebut. Inilah yang kemudian menjadikan ilmu sebagai syarat benarnya suatu perkataan atau perbuatan. Karena itu suatu perkataan atau perbuatan yang tidak didasari dengan ilmu hanya akan dianggap sebagai 'omdo', omong-kosong doang.

Dan agama ini telah menjelaskan bahwa perkara sepele yang dilakukan dengan ilmu, lebih bernilai daripada amalan besar yang dilakukan hanya karena taqlid atau ikut-ikutan semata. Siapa yang melakukan suatu amalan tanpa ilmu (tidak ada dasarnya) maka amalan tersebut tertolak, begitu bunyi sebuah hadits.

Bukankah ayat pertama yang diturunkan kepada kita berbunyi, "iqra'"?
Bukankah Allah sudah menjanjikan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu?
Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda bahwa yang ingin mendapatkan dunia harus dengan ilmu, dan yang ingin mendapatkan akhirat pun harus dengan ilmu?

*Seseorang itu disebut berilmu karena dia terus belajar. Saat dia berhenti belajar (karena sudah merasa berilmu), maka mulailah ia bodoh... 


Adab mendahului ilmu

Banyak contoh di sekitar kita, orang-orang yang tadinya seorang penuntut ilmu, namun pada akhirnya dia tidak mendapatkan apa-apa dari kesungguhannya mencari ilmu. Ilmu yang telah didapatnya itu tidak mampu diamalkannya dan tidak sanggup disebarkannya. Seolah-olah hanya tersimpan di otaknya untuk kemudian dibiarkan "menguap" seiring berjalannya waktu.

Apa yang terjadi? Apakah dia tadinya kurang bersungguh-sungguh? Ternyata bukan. Mereka hanya salah dalam melalui prosesnya, yaitu mempelajari ilmu sebelum belajar tentang adab-adabnya.

Sama seperti ilmu yang menjadi syarat atas benarnya sebuah amal, maka adab adalah syarat atas berkahnya sebuah ilmu. Islam menempatkan adab ini ke dalam posisi yang penting. Bukankah Allah sendiri memuji nabi Muhammad karena adab beliau? Lalu kenapa kita tidak berusaha turut memperbaiki adab kita?

Dan di dalam menuntut ilmu, diantara adab-adabnya adalah [1] niat yang ikhlas dan do'a yang sungguh-sungguh, [2] upaya yang serius dan istiqomah, [3] menjauhi kemaksiatan dan kesombongan, lalu [4] mengamalkan untuk kemudian menyebarluaskannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. "Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik."

[at-Tirmidzi dan al-Hakim]

Mengenai bagaimana cara kita berakhlaq yang baik itu, mudah-mudahan saya diberi kesempatan untuk menuliskannya di artikel yang lain.

***

"Saya hanyalah menyampaikan. Tidak ada ketentuan bahwa yang menyampaikan lebih utama dari yang mendengar. Yang beruntung adalah siapa yang mengamalkan." Hasbunallah wa ni'ma 'l-wakiil...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, July 12, 2013

Wednesday, July 10, 2013

ujungkelingking - Saya masih ingat setahun yang lalu ketika saya masih aktif-aktifnya menulis di Kompasiana, awal Ramadhan seperti ini pernah ada yang menulis sebuah artikel berjudul "Selamat Datang, Bulan yang 'Nggak Banget'". Entah, apakah ungkapan di atas adalah ungkapan sarkastik penulis artikel atau hanya semacam sindiran saja bagi kita, kaum Muslimin.

Seperti kita tahu, kalau masuk bulan puasa seperti sekarang ini amat sulit sekali dijumpai warung atau depot yang buka di siang hari. Alasan mereka sama, yaitu menghormati yang sedang berpuasa. Daripada mengganggu kekhusyuk'an mereka yang berpuasa, maka pedagang-pedagang itu memilih libur berjualan.
Dari sini saja bisa disimpulkan bahwa ada kesalahan berpikir pada masyarakat kita. Kenapa tidak boleh berjualan ketika bulan puasa, toh penjualnya juga berpuasa? Bahkan meskipun penjualnya tidak berpuasa, apakah dengan ia berjualan akan mengurangi nilai ibadah kita? Apakah kita takut tergiur makanan tersebut sehingga membatalkan puasa? Mudah-mudahan tidak ada yang memiliki pemikiran seperti itu. Tidak ada hubungannya antara puasa kita dengan jualan orang lain.

Bukankah Ramadhan adalah upaya pengekangan hawa nafsu? Lha kalau nafsunya saja tidak ada (karena yang berjualan makanan tidak ada) lalu apanya yang dikekang? Islam tidak pernah mengharamkan berjualan makanan dan minuman pada siang hari di bulan puasa. Bahkan, Islam menganjurkan agar orang-orang yang berpuasa tetap beraktifitas sebagaimana biasanya.

Memang ada anggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu bernilai ibadah. Tapi tentu, tetap beraktifitas dan beribadah itu jauh lebih baik daripada menghabiskan hari-hari hanya dengan tidur. Ingat bahwa bekerja dan beraktifitas itu bisa bernilai ibadah jika kita niatkan mengharap ridha Allah.

So, Anda yang berpuasa harus dihormati? Jangan manja, ah!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, July 10, 2013

Monday, July 8, 2013

ujungkelingking - Menyambung tulisan saya yang berjudul Kenapa Penentuan Awal Puasa dan Hari Raya Selalu Berbeda?, maka poin dari artikel berikut adalah: kalau ternyata memang berbeda, lalu bagaimana kita seharusnya bersikap?

Pagi tadi saya sempat membaca tweet dari Ust. Felix Siauw yang menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa perbedaan tentang penetapan tersebut muncul karena adanya perbedaan dalam ber-ijtihad. Seperti yang kita tahu bahwa ijtihad itu, jika benar mendapat dua pahala, jika salah mendapat satu pahala.

Seandainya dalam sidang itsbat nanti (disiarkan live pada pukul 16.05 WIB) ditetapkan awal puasa jatuh pada hari Rabu, 10 Juli 2013 artinya akan ada perbedaan awal puasa di Indonesia, karena beberapa kalangan sudah menetapkan besok, tanggal 9 Juli 2013 sebagai 1 Ramadhan.

Apapun itu, perbedaanlah bukanlah alasan bagi kita untuk saling membenci dan mendhalimi. Ingatlah, Allah subhanahu wa ta'ala telah mengharamkan sikap dhalim ini untuk kaum muslimin.

يا عبادي ! إني حرَّمتُ الظلمَ على نفسي وجعلتُه بينكم محرَّمًا . فلا تظَّالموا

"Wahai hamba-Ku, Aku haramkan bagiku kedhaliman, dan juga telah Aku jadikan itu haram bagi kalian. Maka janganlah kalian saling berbuat dhalim."

[Muslim: 2577]
Saya pribadi sangat berharap agar puasa dan hari raya kita tahun bisa bersamaan (*aamiin). Namun, seandainya tidak, maka marilah kita masing-masing saling berlapang dada menerima segala perbedaan. Jangan saling melecehkan dan berpaling muka. Jangan saling berdebat-kusir demi fanatisme golongan. Jangan pula kita saling meng-kafirkan. Naudzu billahi min dzalik.

Marilah kita sambut Ramadhan ini dengan penuh kebahagiaan. Anggaplah puasa tahun ini adalah puasa kita yang terakhir, sehingga dengan begitu kita bisa menghayatinya dengan penuh kekhusyuk-an.

Mohon maaf atas segala kekhilafan, mudah-mudahan ibadah kita semua mendapat tempat di sisi-Nya.
Aamiin, ya Rabba 'l-'alamiin...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, July 08, 2013

Friday, July 5, 2013

ujungkelingking - Hampir pada setiap tahun, seperti saat sekarang ini, terjadi "perselisihan" pada kalangan umat muslim di Indonesia dalam menentukan awal puasa dan awal hari raya. Biasanya, seperti yang sudah-sudah, kalau tidak berbeda dalam menetukan 1 Ramadhan, pasti kita akan berbeda dalam menetapkan 1 Syawal.

Adanya perbedaan tersebut muncul karena beberapa kalangan dari kaum muslimin yang memilih menggunakan pedomannya sendiri dan menolak mengikuti ketetapan pemerintah. Padahal mentaati pemerintah adalah kewajiban bagi seorang muslim, tentu saja hal ini dengan catatan selama ketetapan tersebut tidak menyelisihi syari'at.


Islam itu mudah, dan tidak menghendaki kesukaran
"Apabila bulan telah masuk keduapuluh sembilan malam. Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tigapuluh hari."
[Bukhari: 1907, Muslim: 1080]

Meskipun di jaman Rasulullah sudah ada ahli hisab, namun dalam penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, keahlian mereka tidak dipakai. Seandainya ilmu hisab itu cukup penting peranannya, maka ketika hilal tidak terlihat, Rasulullah pastilah akan memerintahkan untuk bertanya kepada ahli hisab, dan bukan sekedar menggenapkan hitungan bulannya. Tapi, itulah, agama ini bukan hanya agama bagi orang-orang cerdas saja. Islam itu sederhana: jika hilal terlihat, maka besok sudah waktunya untuk mengawali puasa atau hari raya. Jika tidak terlihat, berarti awal puasa atau hari raya adalah keesokan harinya lagi (lusa).
Selesai.
"Sesungguhnya kami adalah umat ummiyah (buta-huruf). Kami tidak mengenal tulis-menulis (pada waktu itu jarang yang bisa, pen.) dan tidak pula mengenal hisab (astronomi). Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30)."

[Bukhari: 1913, Muslim: 1080]

Mengikuti pemimpin, mempersatukan umat
"Orang-orang berusaha untuk melihat hilal, kemudian aku (Ibnu Umar, pen.) beritahukan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa aku telah melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa."

[Abu Daud: 2342, di shahih-kan oleh Al Albani]

Menarik mencermati hadits di atas. Setidaknya ada 2 hal yang bisa disimpulkan.

Pertama, satu orang saja saksi yang melihat hilal, itu sudah cukup. Artinya tidak perlu semua rakyat muslim Indonesia berbondong-bondong ke suatu tempat untuk memastikan penampakan hilal ini.

Kedua, ketika Rasulullah sudah mendapat kepastian tentang hilal ini, maka beliaulah -selaku pemimpin umat Islam memerintahkan untuk melaksanakannya. Maka ketika pemerintah (dalam hal ini menteri agama) sudah mendapat kepastian tentang hilal, maka kewajiban merekalah untuk menyampaikan kepada masyarakat dan menetapkan awal Ramadhan atau Syawal. Selanjutnya seluruh muslim di Indonesia tunduk pada ketetapan ini. Dan inilah yang lebih menghindari perselisihan.


Menggunakan pedoman sendiri, bolehkah?

Ketika seseorang atau sekelompok orang melihat hilal, namun kesaksian tersebut tidak dapat dipastikan oleh pemerintah, apakah boleh orang atau kelompok tersebut menggunakan pedomannya sendiri?

Dalam hal ini para ulama' terbagi dalam 3 pendapat.

Satu, orang atau kelompok tersebut boleh menggunakan pedomannya sendiri (yaitu berpuasa dan berhari raya berbeda dengan pemerintah) namun harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Hal ini adalah untuk mencegah perselisihan di kalangan umat Islam.

Dua, orang atau kelompok yang melihat hilal tersebut, boleh berpuasa sebagaimana hilal yang telah dilihatnya namun harus berhari raya mengikuti pemerintah (mayoritas kaum muslimin).

Tiga, orang atau kelompok tersebut tidak boleh mengamalkan pedomannya, dan ia berpuasa dan berhari raya bersama pemerintah dan mayoritas kaum muslimin.

Pendapat terakhir inilah yang saya anggap lebih kuat, sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut.
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian."

[An-Nisaa': 59]

"Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, id 'l-fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian ber id 'l-fithri, dan id 'l-adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian ber id 'l-adha."

[Tirmidzi: 697, beliau mengatakan hadits ini hasan ghorib. Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

*Dirangkum dari beberapa sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, July 05, 2013

Tuesday, July 2, 2013

ujungkelingking - Hobi saya yang suka menautkan link artikel di facebook menuai getahnya! Ketika hendak men-share artikel di akun facebook saya, selalu muncul pesan "Tautan tidak dapat ditemukan" dan "Tautan tidak dapat dibagikan". Rupanya blog saya di blocked karena dianggap melakukan spam.  Setidaknya itulah yang dikatakan mas Apit di situsnya, jurigjarian.com.

Nah, ada satu cara, agar kita tetap bisa menautkan link artikel kita di facebook tanpa dianggap sebagai spam lagi. Yaitu dengan cara mempersingkat (sekaligus "menyamarkan") permalink artikel yang akan di share.

  1. Masuk dulu ke http://tiny.cc/
  2. Kemudian masukkan atau copy-paste link yang akan di share.
  3. Segera akan tampil link baru yang lebih singkat. Silahkan copy dan paste di facebook.




Dan setelah dipersingkat menjadi http://tiny.cc/wi5kzw

Semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, July 02, 2013

Monday, July 1, 2013

ujungkelingking - Lama saya tidak menulis tentang excel. Semoga berkenan!

Dulu, ketika saya masih di bagian Taxes, salah satu tugas saya adalah membuat Surat Setoran Pajak (SSP) setiap bulannya. Form-nya yang menggunakan excel memudahkan saya untuk menambahkan beberapa fungsi sehingga pekerjaan saya menjadi lebih cepat dan meminimalisir kesalahan.

Sumber gambar: dok. pribadi

Salah satu contohnya bisa Anda lihat pada gambar di atas. Pada sel B64 dan seterusnya ke kanan, saya harus memberi tanda silang pada kolom bulan yang sesuai dengan bulan yang ditunjukkan pada sel P58. Dengan kata lain, jika sel P58 menunjukkan bulan Januari, maka pada sel B64 -yaitu kolom bulan Januari- harus bertanda silang.

Karena itu saya kemudian memasukkan rumus bahwa jika sel P58 menunjukkan bulan Januari, maka sel B64 (sel Januari) berisi tanda silang (huruf "X"). Jika bukan terisi Januari, maka berisi kosong. Atau bila ditulis menjadi,
=IF($P$58="JANUARI";"X";"")
Formula ini kemudian diaplikasikan pada semua kolom dengan hanya mengganti nama bulannya saja.

***

Namun Jum'at kemarin seorang teman yang kini menggantikan posisi saya meminta bantuan kepada saya. Perusahaan tempat saya bekerja harus melaporkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) untuk Pajak Penghasilan pasal 21. Form yang digunakan masih sama, hanya saja pada sel P58 harus terisi setahun (Januari s/d Desember), yang itu berarti pada sel B64 sampai M64 harus berisi tanda silang semuanya. Ini yang belum terakomodir pada rumus milik saya yang sebelumnya.

Bila dikerjakan secara manual -tanpa rumus- tentu mudah saja. Tapi jadinya gak seru dong, hihi... Karena itulah saya mencoba untuk membantunya. Apalagi, karena saya cukup tertantang kalau sudah berurusan dengan excel (*lebay...). Tapi apa daya, karena fungsi-fungsi pada excel yang saya ketahui cukup terbatas, jadi saya harus lebih memeras otak untuk menyelesaikan soal ini.

Langkah pertama tentu saya harus membuat sel baru untuk bulan berakhir. Jadi nanti harus ada 'bulan apa s/d bulan apa'. Kita sebut saja 'bulan pertama' s/d 'bulan kedua', atau sel P58 s/d sel Q58.

Sumber gambar: dok. pribadi

Kemudian langkah berikutnya, ini yang baru saja terpikirkan, saya harus mengubah nama-nama bulan menjadi angka. Jadi Januari disebut 1, Pebruari adalah 2..., Desember adalah 12. Hasil perubahan itu (dengan menggunakan fungsi VLookup) saya letakkan saja di sel K23 dan L23. Berarti nanti sel P58 atau 'bulan pertama' mengacu pada K23, dan Q58 atau 'bulan kedua' mengacu pada L23.

Langkah selanjutnya, saya harus memasukkan formula yang berbeda-beda pada setiap sel, dari sel B64 sampai M64. Ringkasnya seperti ini:

Pada sel B64 (bulan Januari) saya masukkan bahwa jika 'bulan pertama' adalah Januari (angka pengganti adalah 1), maka sel B64 akan terisi tanda silang. Atau jika ditulis,
=IF($K$23=1;"X";"")
Lalu pada sel C64 (bulan Pebruari) saya masukkan bahwa jika 'bulan pertama' adalah  kurang dari 3 (maksudnya sebelum Maret, yaitu Januari atau Pebruari saja) dan 'bulan kedua' lebih besar dari Januari, maka akan terisi tanda silang. Atau jika ditulis,
=IF(AND($K$23<3;$L$23>1);"X";"")
Pada sel berikutnya (bulan Maret), sama seperti di atas bahwa jika 'bulan pertama' adalah sebelum April dan 'bulan kedua' lebih besar dari Januari ataupun Pebruari, maka sel akan terisi tanda silang. Atau jika ditulis,
=IF(AND($K$23<4;$L$23>2);"X";"")
Dan seterusnya sama seperti itu sampai dengan bulan Nopember.

Lalu untuk bulan Desember formulanya sedikit ada tambahan, yaitu bahwa jika 'bulan pertama' dan 'bulan kedua' adalah Desember, atau jika 'bulan kedua' adalah Desember, maka sel akan terisi tanda silang. Atau seperti ini,
=IF(AND($K$23=12;$L$23=12);"X";IF($L$23=12;"X";""))

Demikian tips cara memberi tanda silang pada SSP yang dapat saya share. Semoga bermanfaat!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, July 01, 2013

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!