Thursday, April 26, 2012

ujungkelingking - Kita tentu tak asing lagi dengan facebook. Yup, situs jejaring sosial ini begitu mendunianya sejak didirikan tahun 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard, Mark Zuckerberg.

Sebagaimana diberitakan bahwa Mark Zuckerberg adalah seorang Yahudi, meski dia menganggap dirinya atheis (wikipedia). Lantas apa hubungannya ke-Yahudi-an Mark Zuckerberg dengan facebook?

Seperti kita tahu bahwa pada facebook terdapat istilah "Wall" atau "Dinding". Dan karena situs web ini didirikan oleh seorang Yahudi, maka tak salah bila banyak yang mengintrepretasikan Wall (Dinding) sebagai Wailing Wall (Dinding/Tembok Ratapan) yang dimiliki kaum Yahudi. Dan seperti kita tahu juga bahwa Tembok Ratapan itu digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk menangisi, mengeluhkan dan meratapi dosa-dosa serta nasib mereka. Dan tak bisa dipungkiri juga bahwa, kita, memang lebih sering mengeluhkan nasib kita di wall facebook, daripada kepada Allah. Lebih penting update status daripada memperbanyak dzikir dan sholat.

Maka kita harus menyadari hal ini, sebab jangan sampai kita termasuk dalam hadits, "Barangsiapa yang ber-tasyabbuh (menyerupai suatu kaum), maka ia termasuk di dalamnya."

Wailing Wall of Israel

Karena itulah, kita perlu diingatkan tentang sebuah sabda Rasulullah shallallhu alaihi wa salaam;

"Sungguh, kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan seandainya mereka masuk ke lubang Dhabb pun niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya."

Shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan mereka itu adalah Yahudi dan Nasrani?"

Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

(Hadits Riwayat Bukhari)

***

Maka hindarilah menulis status yang berisi kata-kata ratapan (apalagi itu masalah rumah tangga, yang berarti membuka aib diri sendiri); atau menulis kata-kata kotor, makian dan kutukan (yang itu berarti justru menambah dosa kita dengan semakin banyaknya orang yang membaca status tersebut); atau menghina dan menyindir seseorang (yang bisa menambah keruh situasi).

Kita justru bisa menggunakan "senjata" orang-orang Kafir ini untuk membangun solidaritas Umat Islam dengan cara senantiasa membagi ilmu dan nasehat kebaikan. Alih-alih ingin merusak Umat, facebook ini malah bisa menjadi bumerang bagi mereka.


Hasbunallah wa ni'mal wakiil...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, April 26, 2012
ujungkelingking - Alih-alih melihatnya sebagai sebuah bencana, tantrum sebetulnya bisa dianggap sebagai kesempatan untuk mendidik anak. Mengatasi anak yang sedang tantrum memang tidak gampang. Namun, bila Anda menanganinya dengan tepat, tantrum anak akan berkurang dengan sendirinya. Ini dia caranya: 

Kendalikan emosi 

Seemosi apa pun anak, Anda harus tetap bersikap setenang mungkin. Ini memang sulit, tapi emosi Anda yang terpancing justru membuat tantrumnya makin menjadi. 

Jangan menghukum 

Jangan memukul, berteriak, atau marah-marah padanya. Reaksi negatif seperti ini,  bagi anak lebih baik daripada tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Padahal, dalam jangka pendek hal itu justru memperburuk tantrum dan dalam jangka panjang akan memperlama hilangnya kebiasaan tantrum. 

Jangan penuhi keinginan anak 

Mencoba menghentikan tantrum anak dengan mengabulkan permintaannya atau mengiming-iminginya sesuatu justru membuatnya belajar memanfaatkan tantrum sebagai cara untuk memanipulasi Anda. Ini bisa terjadi terus-menerus, bahkan sampai dia dewasa. 

Tinggalkan 

Bila tantrum terjadi di rumah, dudukkan dia di tempat yang aman. Tinggalkan dia setelah mengatakan padanya bahwa dia boleh meninggalkan tempat duduk itu bila sudah tenang. Bila tidak memungkinkan untuk ditinggalkan sendirian, temani dia, tapi jangan memberikan respon apa pun. Cukup dengan berdiam saja dan hindari kontak mata dengannya. Bisa juga menggunakan timer  dan katakan padanya untuk tidak meninggalkan tempat duduknya sebelum alarm berbunyi. Katakan pula bahwa alarm akan terasa lebih lama berbunyi bila dia tidak segera menenangkan diri. 

Bawa pergi 

Bila tantrum terjadi di area publik dan Anda belum bisa mengajaknya langsung pulang, bawa anak ke tempat yang memungkinkan Anda untuk memiliki privasi. Misalnya, bawa dia ke dalam mobil. Temani dia tanpa merespon apa pun terhadap tantrumnya. 

Ajak bicara 

Setelah anak tenang, bicarakan dengannya soal perilakunya tadi. Katakan padanya bahwa dia baru saja mengalami tantrum, dan tantrum adalah perilaku yang tidak baik dan tidak bisa diterima. Diskusi seperti ini akan lebih diterima anak, karena umumnya anak ingin bersikap baik. Minta padanya untuk mengatakan ‘Aku marah’ setiap kali dia marah. Minta dia untuk mengulangi ucapan itu, setelah itu tanyakan padanya apa yang akan dia lakukan bila dia marah. Tanyakan juga apakah ketika marah dia akan memukul, berteriak, atau menangis, untuk menegaskan permintaan Anda. Lakukan diskusi ini setiap kali dia tantrum. Pelan-pelan, dia akan bisa mengatasi tantrumnya. 

Buat kesepakatan 

Untuk menghindari tantrum di area publik, buat kesepakatan lebih dulu sebelum keluar rumah. Katakan ke mana dan apa tujuan Anda, serta perilaku yang Anda harapkan darinya. Katakan pula perilaku apa yang tidak Anda harapkan darinya, karena perilaku itu akan mengganggu orang lain. Kalau mengajaknya ke supermarket, sebelum pergi Anda bisa menanyakan apa yang ingin dibelinya nanti. Bila Anda setuju, Anda harus konsisten dengan permintaannya, sehingga belanja Anda tidak membengkak dengan barang-barang yang mendadak diinginkannya. 

Alihkan perhatian 

Daripada menanggapi tantrumnya, lebih baik alihkan perhatiannya, misalnya dengan mengajaknya beraktivitas ringan. Memindahkannya ke ruangan lain atau mengajaknya ke teras rumah bisa juga dilakukan untuk mengganti suasana. 

Kenali batas 

Mengenali batas kemampuan anak Anda bisa mencegah tantrum. Bila dia sudah lelah, jangan paksakan untuk terus berbelanja bersamanya. 

Bebas terbatas 

Beri anak kebebasan untuk menentukan hal-hal kecil yang ingin atau harus dilakukannya. Misalnya, tanyakan apakah dia ingin menyikat gigi sebelum atau sesudah mandi, apakah dia ingin pisang atau semangka. Memiliki otonomi kecil seperti ini akan membuatnya merasa mandiri. 

Cari penyebab 

Dengan mengetahui penyebabnya, tantrum bisa dicegah dan bisa diperpendek rentang waktunya. 

Waktu berdua 

Menghabiskan waktu hanya berdua dengannya dengan bermain dan berbicara dengannya secara teratur sepanjang hari bisa membantu ledakan emosinya menguap. Saat bersama dengannya, katakana batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.


Sumber: tabloidnova.com 


*Postingan ini hanya sekedar mengingatkan diri sendiri agar lebih bijak menghadapi anak.

Jangan emosi... jangan emosi... 


Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, April 26, 2012

Wednesday, April 25, 2012

ujungkelingking - Hari itu, Minggu 15 April 2012. Kandungan istri sudah cukup umur, namun belum ada tanda-tanda akan melahirkan. Karena itu, istri saya berencana agar besok kembali memeriksakan kandungannya. Saya setuju.

Namun kejadian siang itu tak terduga. Istri saya sudah mengalami flek. Artinya kelahiran yang dinanti-nanti sudah tak lama lagi. Akhirnya sore itu, setelah Isya' kami berangkat menuju bidan tempat istri saya biasa mengontrol kandungannya. Zaki terpaksa kami tinggal bersama nenek, emak dan adik saya.

Sesampainya di tempat, istri saya lalu diperiksa. Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa istri saya mengalami buka 2, yang berarti saat itu belum dapat diperkirakan waktu kelahirannya. Sebenarnya kami diberikan opsi oleh Ibu bidan untuk tinggal di tempat praktek beliau. Namun dengan pertimbangan bahwa waktunya masih belum bisa diperkirakan, kami pun kembali pulang.

Pukul 01.00 malam. Rasa mulas di perut istri saya semakin menjadi-jadi. Dari yang rasa mulasnya biasa saja, sampai menjadi lebih sakit, kemudian lebih sering dan lebih teratur. Maka malam itu juga kami kembali ke rumah bidan.

Dari pemeriksaan saat itu istri saya sudah mengalami  buka 4. Dan perkiraan waktu kelahiran adalah sekitar pukul 04.00 subuh.

***

Maka malam itu hingga menjelang subuh, saya terus menemani dan menyemangati istri saya untuk tetap bertahan dengan kondisi mulas itu. Selain memperbanyak istighfar, rasanya hanya itu saja yang bisa seorang suami lakukan.

Miris melihat perjuangan istri saat itu. Penggambaran Al-Qur'an sebagai wahnaan 'alaa wahniin -kesakitan di atas kesakitan- rupanya cukup menggambarkan keadaan kala itu. Sempat terbersit kondisi terburuk yang bakal saya terima. Namun lagi-lagi saya hanya bisa beristighfar. Belakangan saya baru tahu bahwa proses kelahiran kali ini berbeda dengan kelahiran sebelumnya. Bila saat melahirkan putra pertama kami dulu, istri saya mengalami mulas berkepanjangan (semalam penuh) dengan proses kelahiran (baca: mengejan) yang singkat, maka pada saat kelahiran putra kedua kami, istri saya mengalami mulas yang sebentar, yaitu sekitar 2-3 jam menjelang melahirkan, namun harus mengejan berkepanjangan. Ini yang membuat istri saya terus-terusan menjerit-jerit menahan sakit.

Akhirnya, dengan izin Allah, tepat setelah adzan Shubuh berkumandang tangisan putra kedua kami terdengar!

Tanggal 16 April 2012, dan seperti perkiraan dan hasil USG dulu, kami dianugerahi putra laki-laki kembali. Kami sepakat memberinya nama, Daffa'ul Haq Azka Muhammad, yang kurang-lebih mengandung arti "pembela kebenaran yang suci dan yang terpuji". Nama ini kami pilih karena memiliki "kemiripan" dengan nama putra kami yang pertama, yaitu Dhiya'ul Haq Zaki Ilyas yang berarti "cahaya kebenaran yang suci dan yang shalih".

Kata "suci" memang sengaja selalu saya sisipkan pada nama anak-anak kami, karena itu adalah nama depan dari ibu mereka. Harapannya agar mereka memiliki kebersihan hati dan bakti kepada sosok yang melahirkan mereka.

Tak lupa saya mengecup kening istri saya dan mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepadanya.

Mungkin istri saya beranggapan  bahwa ucapan terima kasih itu adalah karena ia telah melahirkan dengan selamat putra kami yang kedua. Tapi bukan itu maksud sebenarnya.

Ucapan terima kasih itu adalah karena engkau istriku, mampu melewati semua kesakitan itu dan dapat "kembali" kepadaku...

*Kami sempat mengira semua hal yang buruk telah terlewati. Nyatanya kami salah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 25, 2012

Monday, April 23, 2012

ilustrasi: Google
ujungkelingking - Anda tahu berapa harga sebuah pompa ASI yang biasa? Kalau Anda masih menebak-nebak harganya, maka ada baiknya Anda ikuti saja cerita saya berikut ini.

Hari Jum'at kemarin, istri saya pesan agar ketika pulang kerja nanti saya mampir dulu ke apotik untuk membeli sebuah pompa ASI. Dengan catatan, jika harganya cukup murah. Karena di kantor ada teman saya yang juga menggunakan pompa ASI, maka saya pun mencoba untuk menanyakan harganya.

"Pompa ASI kamu harganya berapa duit?"

"Tiga ratus ribu." Jawab teman saya. Wah, harga segitu terlalu mahal buat saya. Tapi mungkin yang digunakan teman saya tersebut adalah yang bagus.

"Kalau yang biasa-biasa saja sampai berapa?"

"Ada yang murah, sekitar 99 ribu." Nah lho, yang murah saja segitu.

Tapi yang namanya rejeki memang tidak akan kemana. Rekan saya satu departemen menawarkan untuk memberikan pompa ASI yang -sejatinya- dibelikan untuk istrinya. Namun karena istrinya tak mau memakainya, pun juga karena putrinya sudah klop dengan susu formula, maka praktis pompa ASI tersebut tak pernah dipakai.

Bingung dengan yang mahal-mahal malah dapat gratisan, akhirnya saya setujui usulan teman saya tersebut. Sepulang kerja, saya mampir ke rumah dia. Namun memang untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, sesampainya di rumah teman saya ban belakang saya bocor terkena skrup! Teman saya tentu tidak bisa membantu saya dalam hal ini. Memang, pada akhirnya saya mendapatkan pompa ASI tersebut, akan tetapi kemudian saya harus mendorong sepeda saya sekitar dua kilometer (dengan posisi jalanan menanjak) untuk mendapatkan tukang tambal ban. Ditambah kemudian hujan turun dengan derasnya. Tak ada tempat berteduh di kanan kiri jalan. Akhirnya merelakan diri berbasah-basah demi menemui tukang tambal ban. Beruntung ketemu tukang tambal ban, dan tukangnya masih mau menambal padahal sudah bertambal-tambal ban belakang saya (hehehe...). Dan lima ribu rupiah saya berpindah tangan sudah.

Jadi, Anda tahu berapa harga sebuah pompa ASI yang biasa? Harganya sebesar lima ribu rupiah plus mendorong sepeda 2 kilo sambil kedinginan!

#Huft!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 23, 2012

Friday, April 13, 2012

ujungkelingking - Kita pasti pernah mendengar sebuah ungkapan, "katakan yang benar, walaupun itu pahit". Kalimat ini tak salah, namun agaknya perlu diresapi maknanya agar kita tak salah dalam penerapannya.

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah khutbah Jum'at yang tidak saya hadiri*. Dari komentar dan cerita teman-teman, saya menarik kesimpulan bahwa sang Khotib pada waktu itu hendak mengamalkan kalimat di atas. Sayangnya dengan cara -yang saya anggap- salah.

*artinya saya sholat Jum'at di tempat lain!

Bagaimana tidak, beliau berceramah dengan mengangkat tema tentang hal-hal yang dilakukan oleh sebagian saudara kita yang lain, yang kebetulan dalam beberapa hal “berseberangan” dengan sang Khotib. Beliau mengatakan (baca: memvonis) bahwa amalan A itu haram! Ritual B itu bid'ah! Cara ibadah model C itu sesat! Dan sebagainya. Saya tidak akan mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Khotib itu benar atau salah, karena bukan itu tujuan tulisan ini, akan tetapi yang saya sasar disini adalah frase terakhir dari kalimat tersebut di atas.

Mengatakan hal yang benar, walaupun itu pahit hendaknya dipahami bahwa resiko "kepahitan" itu akan jatuh pada diri kita. "Kepahitan" tersebut jangan sampai menimpa atau ditujukan kepada orang yang kita nasehati. Alih-alih menerima kebenaran, justru ketersinggungan yang akan didapatkan orang tersebut.

Satu contoh sederhana. Suatu ketika, secara tak sengaja Anda menabrak atau menggores cat motor teman Anda yang tengah terparkir. Untungnya, teman Anda tidak tahu. Apa yang akan Anda lakukan?

Karena Anda adalah orang yang bertanggung jawab, tentunya Anda akan berkata dengan jujur bahwa Andalah yang melakukan semua itu. Anda mengatakan hal yang sebenarnya, padahal Anda tahu resiko yang bakal Anda terima. Mungkin teman Anda itu bakal memaki-maki Anda di depan orang banyak, atau mungkin dia akan meminta ganti rugi, atau dia akan memutuskan pertemanan dengan Anda. Dan segala "kepahitan" itu Anda siap menerimanya. Inilah yang dimaksud dengan mengatakan yang benar, walaupun pahit.

Berbeda dengan ketika misalnya seorang atasan memaki-maki karyawannya karena kesalahannya yang sepele. Atasan tersebut mungkin benar dengan mencemooh karyawan tersebut sebagai orang yang bodoh, goblok, pandir, dan atau yang lebih sadis lagi, akan tetapi "kepahitan" kali ini bukan berada pada si atasan, melainkan diterima oleh karyawan tersebut.

Bagaimana bisa kebenaran diterima bila yang ditonjolkan adalah ketersinggungan?

Adduhh!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 13, 2012

Tuesday, April 10, 2012

ujungkelingking - Tanggal 9 bulan April, masih belum ada tanda-tanda kelahiran putra kami yang kedua. Sebenarnya bila menurut hasil pemeriksaan Bidan, waktu kelahirannya memang diperkirakan pertengahan bulan ini, namun bisa jadi lebih cepat. Yang terakhir ini perasaan istri saya sendiri. Hmm...

Agak berat juga setiap kali berangkat kerja meninggalkan istri yang sedang hamil tua di rumah. Apalagi putra pertama kami, Zaki, masih berusia 2 tahun-an. Bisa dibayangkan betapa repotnya, membawa perut yang sudah sedemikian besarnya sambil mengasuh si kecil yang luar biasa aktifnya. Itu belum termasuk masak dan sebagainya untuk saya saat pulang kerja. Kalau saya sih, mungkin bakal uring-uringan tiap hari. Tapi alhamdulillah, istri saya adalah sosok yang kuat.

Sungguh-pun demikian, saya tetap tak sampai hati. Akhirnya hari Minggu kemarin saya minta tolong nenek, yaitu bibi dari emak (baca: ibu) saya untuk tinggal dengan kami barang beberapa minggu untuk membantu mengurusi keperluan istri saya sekaligus menjaga Zaki.

Namun, baru menginjak 2 malam di tempat kami, sepertinya nenek saya "frustasi" menghadapi Zaki. Memang entah kenapa akhir-akhir ini Zaki sering terbangun di tengah malam dan langsung menangis tanpa bisa dibujuk! Dan biasanya tangisannya yang cukup keras itu bertahan hingga setengah jam lebih! Memang, mendengar ke-rewel-an Zaki sungguh membuat emosi bergolak, tapi biasanya yang bangun terlebih dahulu justru istri saya. Yang setengah mati membujuk agar Zaki mau kembali tidur juga istri saya. Dan memang terganggu di malam hari saat tengah tertidur pulas sangat nggak enak banget!

Sempat terlontar ucapan dari nenek saya itu, bahwa Zaki nakal, dan sebagainya. Nenek saya -bahkan- juga berharap agar jika nanti istri saya melahirkan tidak pada malam hari karena itu berarti tinggal beliau dan Zaki saja yang berada di rumah.

Aduh!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, April 10, 2012

Monday, April 9, 2012

ujungkelingking - Sabar. Satu kata ini memang begitu mudah diucapkan, akan tetapi sangat sulit diterapkan. Namun, sungguh-pun demikian, sikap yang satu ini sering kali disalahartikan. Sikap sabar sering dianggap sebagai kondisi yang lemah, kalah, menyerah, tidak berdaya, atau tanpa perlawanan. Singkatnya, sabar diberi pengertian yang amat negatif sehingga melakukan tindakan ini dianggap hal yang tabu lagi memalukan.

Ada yang membagi sabar menjadi dua macam. Yang pertama diistilahkan sebagai Sabar Pasif, yaitu ketika kita dituntut, dipaksa, diharuskan untuk sabar -tanpa melakukan suatu hal. Contoh sederhananya barangkali ketika kita terjebak macet, sedangkan kita berada di dalam angkutan umum. Akhirnya kita hanya bisa diam meskipun hati kita marah dan ngedumel. Yang kedua dinamakan Sabar Aktif, yaitu ketika kita punya kemampuan untuk membalas akan tetapi tidak kita lakukan.

Menurut artikata.com, disebutkan tentang definisi sabar ini sebagai: 1 tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu. Sedang kata bersabar diartikan sebagai: v bersikap tenang (tt pikiran, perasaan).

Lalu bagaimana Islam mendefinisikan sabar ini?

Dalam surah Al-Imraan ayat 146, Allah berfirman:


وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar."
[AL-Imraan: 146]

Islam (ternyata) mendefinisikan orang yang tidak menjadi lemah karena bencana dan orang yang tidak pernah menyerah kepada musuh Allah adalah orang-orang yang sabar.

Nah loh?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 09, 2012

Wednesday, April 4, 2012

ujungkelingking | dari Bag. 2



“Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah?”

“Sepuluh perkara.”

“Apa itu, wahai terlaknat?”

Iblis lalu menjawab:

Satu, aku minta kepada-Nya agar saya dapat berserikat dalam diri Bani Adam, dalam harta dan anak-anak mereka. Dia mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah:

“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.”
(QS. 17:64)

Dua, setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Tiga, setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan ketika bersetubuh dengan istrinya maka syaithan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah:

“… dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki…”
(QS. 17:64)

Empat, aku memohon kepada-Nya agar punya rumah, maka rumahku adalah kamar-mandi.

Lima, aku memohon agar punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku.

Enam, aku memohon agar punya al-Qur’an, maka syair adalah al-Qur’anku.

Tujuh, aku memohon agar punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku.

Delapan, aku memohon agar punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku.

Sembilan, aku memohon agar punya teman-teman yang menolongku, maka maka kelompok al-Qadariyyah menjadi teman-teman yang membantuku. Dan,

Sepuluh, aku memohon agar memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfaqkan harta kekayaannya untuk kemaksiyatan adalah teman dekatku. Ia (Iblis, pen) kemudian membaca ayat:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.”
(QS. 17:27)

Rasulullah berkata, “Andaikata tidak setiap apa yang engkau ucapkan didukung oleh ayat-ayat dari Kitabullah tentu aku tidak akan membenarkanmu.”

Lalu Iblis meneruskan, “Wahai Muhammad, aku memohon kepada Allah agar aku bisa melihat anak-cucu Adam sementara mereka tidak dapat melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku dapat mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku dapat berjalan kemanapun sesuai dengan kemauanku dan dengan cara bagaimanapun. Kalau saya mau, dalam sesaatpun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku: “Engkau dapat melakukan apa saja yang kau minta”. Akhirnya aku merasa senang dan bangga sampai hari kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari kiamat.

Aku memiliki anak yang kuberi nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya. Andaikata tidak karenanya tentu ia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum menjalankan shalat.

Aku juga punya anak yang kuberi nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan ibadah dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamerkan ditengah-tengah manusia sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala-Nya sehingga yang tersisa hanya satu pahala. Sebab, setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala.

Aku punya anak lagi yang bernama Kuhyal. Ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang ada di majlis pengajian dan ketika khatib sedang memberikan khutbah, sehingga, mereka terkantuk dan akhirnya tidur tidak dapat mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Bagi mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya.

Setiap kali ada perempuan keluar pasti ada syaithan (kedua anakku) yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua syaithan itu kemudian berkata kepadanya, “Keluarkan tanganmu,”. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya.

Wahai Muhammad, sebenarnya aku tidak dapat menyesatkan sedikitpun, akan tetapi hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikata aku memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu aku tidak akan membiarkan segelintir manusiapun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya”, dan tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayah sedikitpun kepada siapa saja, akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanah dari Tuhan. Andaikata engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orangpun kafir di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai hujjah (argumentasi) Tuhan terhadap makhluqNya. Sementara aku hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah menjadi orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya.

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam membacakan firman dalam surah Hud:

“Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,”
(QS. 11:118)

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
(QS. 11:119)

dilanjutkan dengan:

“Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
(QS. 33:38)

Kemudian Rasulullah berkata lagi kepada Iblis, “Wahai Abu Murrah, apakah engkau masih mungkin bertaubat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga?”

Iblis menjawab, “Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam-pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka, Maha Suci Tuhan yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khatib para penduduk surga. Dia telah memilih dan mengkhususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikanku sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khatib para penduduk neraka. Aku adalah makhluq celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu dan saya mengatakan yang sejujurnya.”


Semoga kita mampu menjaga diri dan orang-orang di sekitar kita dari godaan Iblis dan anak keturunannya.
Bismillah...
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 04, 2012
ujungkelingking | dari Bag. 1

“Siapa orang yang mukhlis itu menurutmu?”

Iblis dengan panjang-lebar menjawab:
“Apakah engkau tidak tahu, wahai Muhammad, barangsiapa cinta dirham dan dinar, dia tidak termasuk orang ikhlas untuk Allah. Jika aku melihat orang tidak suka dirham dan dinar, tidak suka puji dan pujaan, aku tahu bahwa dia itu ikhlas karena Allah, maka aku tinggalkan ia.

Sesungguhnya hamba yang mencintai harta, pujian dan hatinya tergantung pada nafsu (syahwat) dunia, dia lebih rakus dari orang yang saya jelaskan kepadamu. Tak tahukah engkau, bahwa cinta harta termasuk salah satu dosa besar?

Wahai Muhammad, tak tahukan engkau bahwa cinta kedudukan (riyasah) termasuk dosa besar? Dan bahwa sombong, juga termasuk dosa besar?

Wahai Muhammad, tidak tahukah engkau, bahwa aku punya 70,000 anak. Setiap anak dari mereka, punya 70,000 syaithan. Diantara mereka telah aku tugaskan untuk menggoda golongan ulama, dan sebagian lagi menggoda anak muda, sebagian lagi menggoda orang-orang tua, dan sebagian lagi menggoda orang-orang lemah. Adapun anak-anak muda, tidak ada perbedaan di antara kami dan mereka, sementara anak-anak kecilnya, mereka bermain apa saja yang mereka kehendaki bersamanya.

Sebagian lagi telah aku tugaskan untuk menggoda orang-orang yang rajin beribadah, sebagian lagi untuk kaum yang menjauhi dunia (zuhud). Setan masuk ke dalam dan keluar dari diri mereka, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, dari satu pintu ke pintu yang lain, sampai mereka mempengaruhi manusia dengan satu sebab dari sebab-sebab yang banyak. Lalu syaithan mengambil keikhlasan dari mereka. Menjadikan mereka menyembah Allah tanpa rasa ikhlas, tetapi mereka tidak merasa.

Apakah engkau tidak tahu, tentang Barshisha, sang pendeta yang beribadah secara ikhlas selama tujuh puluh tahun, hingga setiap orang yang sakit menjadi sehat berkat da’wahnya. Aku tidak meninggalkannya sampai dia dia berzina, membunuh, dan kafir (ingkar). Dialah yang disebut oleh Allah dalam Qur’an dengan firmannya:

“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika mereka berkata pada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.”
(QS. 59:16)

Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu berasal dariku? Akulah orang yang pertama kali berbohong. Barangsiapa berbohong, dia adalah temanku, dan barangsiapa berbohong kepada Allah, dia adalah kekasihku.

Apakah engkau tidak tahu, bahwa aku bersumpah kepada Adam dan Hawa, “Demi Allah aku adalah penasihat kamu berdua”. Maka, sumpah palsu merupakan kesenangan hatiku, ghibah, membicarakan kejelekan orang lain, dan namimah, mengadu domba adalah buah kesukaanku, melihat yang jelek-jelek adalah kesukaan dan kesenanganku.

Barangsiapa thalaq, bersumpah untuk cerai, dia mendekati perbuatan dosa, meskipun hanya sekali, dan meskipun ia benar. Barangsiapa membiasakan lisannya dengan ucapan cerai, istrinya menjadi haram baginya. Jika mereka masih memiliki keturunan sampai hari kiyamat, maka anak mereka semuanya adalah anak-anak hasil zina. Mereka masuk neraka hanya karena satu kata saja.

Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang meng-akhirkan shalat barang satu dua jam. Setiap kali mau shalat, aku temani dia dan aku goda dia. Kemudian aku katakan kepadanya: “Masih ada waktu, sementara engkau sibuk”. Sehingga dia mengakhirkan shalatnya dan mengerjakannya tidak pada waktunya, maka Tuhan memukul wajahnya.
Jika ia menang atasku (tidak tergoda, pen), maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya lupa waktu shalat.
Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya, “Lihatlah kiri-kanan”, lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya, “Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya”. Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.
Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian, aku perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia ‘mencucuk’ shalat seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa.
Jika ia menang atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan ‘lijam’ (cambuk) lalu aku angkat kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya. Aku letakkan ia hingga mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa yang melakukan itu, batal-lah shalatnya dan Allah akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti.
Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari-jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat.
Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya dan dengan begitu ia bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang setia.

Bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin untuk meninggalkan shalat. Aku katakan kepadanya: “Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang yang mendapatkan ni’mat dari Allah”. Aku katakan kepada orang yang sakit: “Tinggalkanlah shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat hanya wajib atas orang yang sehat, karena Allah berkata:

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.”
(QS. 24:61)

Tidak ada dosa bagi orang yang sakit. Jika kamu sembuh, kamu harus shalat yang diwajibkan”. Sampai dia mati dalam keadaan kafir. Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu Tuhan dan Tuhan marah kepadanya.

Wahai Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku jadi pasir. Wahai Muhammad, bagaimana engkau bahagia melihat umatmu, sementara aku mengeluarkan seper-enam umatmu dari Islam?

Nabi berkata, “Wahai terlaknat, siapa teman dudukmu?”

“Pemakan riba.”

“Siapa teman kepercayaanmu (shadiq)?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Orang yang mabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang Sihir.”

“Apa kesukaanmu?”

“Orang yang bersumpah cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat Jum’at.”

“Wahai terlaknat, siapa yang memotong punggungmu?”

“Ringkikan kuda untuk berperang di jalan Allah.”

“Apa yang melelehkan badanmu?”

“Tobatnya orang yang bertaubat.”

“Apa yang menghanguskan hatimu?”

“Istighfar yang banyak kepada Allah siang-malam.”

“Apa yang dapat memuramkan wajahmu (membuat merasa malu dan hina)?”

“Zakat secara sembunyi-sembunyi.”

“Apa yang membutakan matamu?”

“Shalat diwaktu sahur (menjelang Shubuh.”

“Apa yang memukul kepalamu?”

“Memperbanyak shalat berjamaah.”

“Siapa yang paling bisa membahagiakanmu?”

“Orang yang sengaja meninggalkan shalat.”

“Siapa manusia yang paling sengsara (celaka) menurutmu?”

“Orang kikir/pelit.”

“Siapa yang paling menyita pekerjaanmu (menyibukkanmu)?”

“Majelis-majelis ulama.”

“Bagaimana kamu makan?”

“Dengan tangan kiriku dan dengan jari-jariku.”

“Dimana kamu lindungkan anak-anakmu ketika panas?”

“Dibalik kuku-kuku manusia.”

“Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah?”

“Sepuluh perkara.”

“Apa itu, wahai terlaknat?”


bersambung | ke Bag. 3
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 04, 2012
ujungkelingking - Hadits yang akan saya sampaikan berikut ini saya share dari postingan salah seorang Kompasianer. Dan karena hadits ini cukup panjang, maka saya membaginya dalam tiga bagian. Semoga dapat menjadi renungan dan semakin meningkatkan Islam dan Iman kita semua. Amin…

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu, ia berkata: “Kami bersama Rasululah shallallahu alaihi wa salaam berada di rumah seorang sahabat dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah. Tiba-tiba, ada yang memanggil dari luar,

“Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, karena kalian membutuhkanku”

Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa yang menyeru itu?”

Para sahabat menjawab, “Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”.

Rasulullah berkata, “Dia adalah Iblis yang terkutuk. Semoga Allah senantiasa melaknatnya”.

Umar bin Khattab radhiallahu anhu berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?”

Nabi shallallahu alaihi wa salaam berkata pelan, “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda kematiannya sampai waktu yang ditentukan (hari kiamat). Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Pahamilah apa yang dia ucapkan dan dengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada kalian!”

Ibnu Abbas berkata: “Maka dibukalah pintu, kemudian Iblis masuk ke tengah-tengah kami. Ternyata dia adalah seorang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Dagunya berjanggut sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda, kedua kelopak matanya memanjang terbelah ke atas, tidak kesamping, kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti taring babi, kedua bibirnya seperti bibir macan/kerbau.

Dia berkata, “Assalamu ‘alaika ya Muhammad, assalamu ‘alaikum ya jamaa’atal-muslimin (salam untuk kalian semua wahai golongan muslimin)”

Nabi menjawab, “Assalamu lillah ya la’iin (keselamatan hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala), wahai makhluq yang terlaknat. Aku telah mengetahui, engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu wahai Iblis?"

Iblis berkata, “Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginanku sendiri, tetapi aku datang karena terpaksa.”

Nabi shallallahu alaihi wa salaam berkata, “Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini, wahai terlaknat?”

Iblis berkata, “Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan Yang Maha Agung, ia berkata kepadaku: Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menyuruhmu untuk datang kepada Muhammad shallallahu alaihi wa salaam dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang ditanyakan kepadamu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan musuhmu karena bencana yang menimpamu”.

Wahai Muhammad, sekarang aku datang kepadamu sebagaimana aku diperintah.
Tanyakanlah kepadaku apa yang kau inginkan. Jika aku tidak memuaskanmu tentang apa yang kamu tanyakan kepadaku, niscaya musuhku akan puas atas musibah yang terjadi padaku. Tiada beban yang lebih berat bagiku daripada leganya musuh-musuhku atas apa yang menimpa diriku”.

Rasulullah kemudian mulai bertanya, “Jika kamu jujur, beritahukanlah kepadaku, siapakah orang yang paling kamu benci?”.

Iblis menjawab, “Engkau wahai Muhammad, engkau adalah makhluq Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu.”

“Siapa lagi yang kamu benci?”

“Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

“Lalu siapa lagi?”

“Orang Alim dan Wara (menjaga diri dari yang syubhat) yang saya tahu, lagi penyabar.”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan suci dari kotoran (menjaga wudlu)”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang miskin (fakir) yang sabar, yang tidak menceritakan kefakirannya kepada orang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar?”

“Wahai Muhammad, jika ia mengadukan keluh-kesahnya kepada makhluq sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang sabar.”

“Lalu, siapa lagi?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur?”

“Jika aku melihatnya mengambil dari dan meletakkannya pada tempat yang halal.”

“Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat?”

“Aku merasa panas dan gemetar.”

“Kenapa, wahai terlaknat?”

“Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat.”

“Jika mereka shaum?”

“Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa.”

“Jika mereka menunaikan haji?”

“Saya menjadi gila.”

“Jika mereka membaca Al-Qur’an?”

“Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api.”

“Jika mereka berzakat?”

“Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil gergaji/kapak dan memotongku menjadi dua.”

“Mengapa begitu, wahai Abu Murrah (julukan untuk Iblis, pen)?”

“Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu. Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua, menjadikan orang yang berzakat disenangi makhluq-Nya yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang antara dirinya dengan api neraka. Keempat, dengan zakat, Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya.”

“Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?”

“Wahai Muhammad, pada zaman jahiliyah saja dia tidak taat kepadaku, bagaimana mungkin dia akan mentaatiku pada masa Islam?”

“Apa pendapatmu tentang Umar?”

“Demi Tuhan, tiada aku ketemu dengannya kecuali aku lari darinya.”

“Apa pendapatmu tentang Utsman?”

“Aku malu dengan orang yang para malaikat saja malu kepadanya.”

“Apa pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib?”

“Andai saja aku dapat selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya, dan kemudian ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya, tetapi dia sama sekali tidak pernah melakukan hal itu.”

Rasulullah kemudian berkata, “Segala puji hanya bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu sampai hari kiamat.”

Iblis yang terlaknat berkata kepada Muhammad, “Hay-hata hay-hata (tidak mungkin, tidak mungkin). Mana bisa umatmu bahagia sementara aku hidup dan tidak mati sampai hari kiamat? Bagaimana kamu senang dengan umatmu sementara aku masuk ke dalam diri mereka melalui aliran darah, daging, sedangkan mereka tidak melihatku? Demi Tuhan yang menciptakanku dan membuatku menunggu sampai hari mereka dibangkitkan, akan aku sesatkan mereka semua, baik yang bodoh maupun yang pandai, yang buta-huruf dan yang melek-huruf. Yang kafir dan yang suka beribadah, kecuali hamba yang mukhlis (ikhlas).”

“Siapa orang yang mukhlis itu menurutmu?”


bersambung | ke bag. 2
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 04, 2012

Monday, April 2, 2012

ujungkelingking - Suatu ketika, saat Rasulullah tengah berbicara dengan para shahabat, tiba-tiba seorang Arab Baduy berdiri dan bertanya,

"Kapankah kiamat itu, ya Rasulullah?"

Rasulullah tidak menjawab dan tetap meneruskan bicaranya. Sebagian shahabat menduga Rasulullah tidak mendengar pertanyaan itu, dan sebagian yang lain menduga Rasulullah mendengar akan tetapi tidak suka dengan pertanyaan tersebut.

Namun, setelah selesai berbicara, Rasulullah bertanya kepada para shahabat,

"Siapa yang bertanya tentang kiamat tadi?"

"Saya, ya Rasulullah." Jawab laki-laki Arab Baduy tadi. Maka Rasulullah bersabda,

"Ketika amanah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya."

Lelaki tadi kembali bertanya, "bagaimanakah amanah yang disia-siakan itu, ya Rasulullah?"

"Ketika suatu urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya."

(HR. Bukhori)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, April 02, 2012

Sunday, April 1, 2012

ujungkelingking - Setiap manusia pasti memiliki masalah. Itu, kita sama-sama setuju, saya kira. Setiap masalah menuntut pemecahan dan solusi (artikata.com). Yang ini, saya yakin kita juga sama-sama setuju.

Hanya yang menjadi pertanyaan kemudian adalah kenapa sebagian (atau -bahkan- mungkin semua) dari kita menganggap berat untuk memecahkan suatu permasalahan? Atau, kenapa kita kerap mengeluhkan beratnya masalah yang tengah kita hadapi?

Saya akan bilang kalau hal itu tidak akan ada jawabannya.

Kenapa? Karena kalau Anda seorang yang agamis pasti paham betul bahwa yang menurunkan "masalah" bagi Anda adalah Dia. Meski bukan Tuhan penyebabnya, tapi pasti karena Dia mengijinkannya. Lalu jika Anda mempertanyakan kenapa harus ditimpakan kepada Anda, atau kenapa sedemikian beratnya beban masalah tersebut -tentu- Anda harus bertanya langsung kepada Tuhan. Dan saya yakin Tuhan tidak akan dengan serta-merta menjawabnya. Karena itulah saya mengatakan bahwa hal itu tidak ada jawabannya.

Artinya jawaban itu tidak akan langsung turun dari Tuhan seperti turunnya hujan atau datangnya gaji bulanan Anda. Jika pertanyaan Anda adalah kenapa harus Anda yang memikul tanggung jawab masalah itu, maka jawabannya nanti akan muncul dengan sendirinya, yaitu saat kita mampu menyelesaikan masalah tersebut.


Namun jika Anda mempertanyakan, kenapa begitu berat? Saya bisa bantu menjawab bahwa, siapa bilang masalah itu mudah? Bukankah jika mudah, maka itu berarti bukan "masalah" buat Anda?

Maka, jika suatu masalah datang kepada Anda, saya yakin masalah tersebut pasti berat untuk Anda. Tapi Anda bisa yakin bahwa disana Tuhan telah menyiapkan jawabannya untuk Anda ambil saat Anda menyelesaikan masalah tersebut.

Keep fight!
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Sunday, April 01, 2012

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!