Saturday, April 30, 2011

ujungkelingking - Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.

Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. [At-Taubah: 74]

Anda bisa buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini. Yang di dalam salah satu babnya diceritakan tentang seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. la memberinya makan, pakaian dan mendidiknya hingga menjadi orang pandai. Ia rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia.

Namun apa jadinya, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini –tentu- bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat.

Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [Al-Insan: 9]

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikiranya saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah.

Dalam wahyu itu dikatakan:

Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. [Yunus: 12]

Anda tak perlu terkejut ketika menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda.

Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia.

Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda?

Dicuplik dari “La Tahzan”
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, April 30, 2011

Friday, April 15, 2011

ujungkelingking - Ini adalah hadits yang disampaikan oleh Fathimah binti Qais –salah satu perempuan yang ikut hijrah pada awal-awal periode- yang ia mendengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Tatkala Rasulullah telah menyelesaikan shalatnya, beliau duduk di atas mimbar, kemudian berkata,

“Hendaknya masing-masing orang tetap duduk di tempat shalatnya.” Beliau melanjutkan, “Apakah kalian tahu kenapa aku mengumpulkan kalian?”

Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”

Beliau bersabda, “Demi Allah, aku tidak mengumpulkan kalian untuk memberikan semangat, dan bukan mengintimidasi. Aku mengumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari dulunya seorang Nasrani, kemudian ia datang berbai’at dan masuk Islam. Ia menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sama seperti apa yang telah aku kisahkan kepada kalian, tentang Dajjal.
Ia bercerita bahwa ia pernah mengarungi laut dengan kapalnya bersama 30 orang dari suku Lakham dan Judzam, kemudian mereka dipermainkan ombak selama sebulan di tengah laut, lalu mereka berlabuh di sebuah pulau di tengah laut hingga matahari akan terbenam.

Kemudian mereka duduk-duduk di perahu kapal dan masuk ke pulau itu. Lalu, sesuatu yang berambut lebat dan tebal menemui mereka. Mereka bahkan tidak mengetahui mana bagian depan dan mana belakang karena banyak rambutnya.

Mereka bertanya, “Siapakah kamu?”

Ia menjawab, “Aku adalah Al-Jassasah (mata-mata).”

Mereka bertanya, “Apa itu Al-Jassasah?”

Ia lalu mengatakan, “Wahai kaum, pergilah kalian ke pria yang berada di padepokan gua itu, ia ingin sekali mendengar kabar dari kalian.”

Tamim berkata, “Tatkala binatang tadi menyebutkan seorang pria kepada kami, kami pun takut kalau sekiranya pria itu setan. Kemudian kami bergegas pergi hingga memasuki gua itu. Ternyata di dalamnya ada seorang pria yang sangat besar. Kami belum pernah melihatnya, ia sedang dibelenggu dengan kuat dan erat. Kedua tangannya terikat sampai lehernya, di antara kedua lututnya sampai kedua mata kakinya di belenggu dengan besi.

Lalu kami bertanya kepadanya, “Celaka, siapakah kamu?”

Dia menjawab, “Kalian telah mengetahui tentang aku, maka beritahukan siapakah kalian?”

Maka kami-pun menceritakan dari awal mula hingga kami berada disitu.

Selanjutnya pria itu meminta, “Ceritakan kepadaku tentang pohon kurma Baisan!”

Kami balik bertanya, “Kabar mana yang ingin kamu ketahui?”

Ia menjawab, “Apakah pohon kurma tersebut sedang berbuah?”

Kami menjawab, “Ya”,

Ia berkata, “Bukankah ia hampir tidak berbuah?”

Dia berkata lagi, “Ceritakanlah kepadaku tentang danau Ath-Thabariyyah.”

“Apakah di dalamnya masih ada air?”

Kami menjawab, “Airnya banyak.”

Dia berkata, “Bukankah airnya hampir kering?”

Pria itu meminta lagi, “Ceritakan kepadaku tentang mata air Zughar.”

“Apakah di dalamnya masih ada air, dan apakah penduduk sekitarnya bercocok tanam dengan airnya itu?”

Kami menjawab, “Ya. Airnya banyak dan penduduk bercocok tanam dengan menggunakan airnya.”

Ia berkata, “Ceritakan kepadaku tentang Nabi yang ummi itu, apa yang telah dia lakukan?”

Kami menjawab, “Nabi itu telah keluar dari Mekkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah).”

Dia bertanya lagi, “Apakah orang Arab memeranginya?”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana ia memperlakukan mereka atau apa yang ia perbuat terhadap mereka?”

Kami pun menyampaikan bahwa nabi tersebut telah menundukkan orang-orang Arab yang mendatanginya dan mereka taat kepadanya.

Dia bertanya, “Apakah hal itu telah terjadi?”

Kami menjawab, “Ya.”

Maka ia kemudian berkata, “Ingatlah bahwa sebaiknya mereka mematuhinya, dan aku memberitahukan kepada kalian tentang diriku, sesungguhnya aku adalah Al-Masih Ad-Dajjal, dan aku hampir diperbolehkan keluar. Aku akan muncul dan berjalan di muka bumi. Aku tidak membiarkan satu kampung-pun kecuali aku menetap di dalamnya selama 40 malam, selain Mekkah dan Thaibah, karena keduanya diharamkan bagiku.

Setiap kali aku akan memasuki salah satunya, seorang malaikat akan menyambutku dengan pedang terhunus. Ia menghalangiku, dan pada tiap celah jalan-jalannya terdapat malaikat yang menjaganya.”

Fathimah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sambil beliau menusukkan tongkatnya di mimbar, “Inilah Thaibah itu, inilah Thaibah itu, inilah Thaibah itu –yakni Madinah-. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan haditsku ini?

Para sahabat menjawab, “Ya.”

Bahwasanya kisah yang disampaikan Tamim telah mencengangkanku. Ceritanya persis dengan kisah yang aku ceritakan kepada kalian, juga tentang Madinah dan Mekkah. Ketahuilah, sesungguhnya Dajjal itu berada di Laut Syam atau Laut Yaman! Tidak, tetapi dari arah timur dan beliau mengisyaratkan tangannya ke arah timur.”

Aku hafal hadits ini dari Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam.”

(HR. Muslim, no. 2942 dan Abu Daud, no. 4352)

Sumber: kisahmuslim.com
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 15, 2011

Saturday, April 9, 2011

ujungkelingking – Barangkali tidak banyak yang tahu bahwa perayaan April Mop (The April’s Fool Day) yang identik dengan kegembiraan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan di Spanyol, tahun 1487 atau 892 H.

Sejak diterangi Islam (abad ke-8 M), Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus-ikhlas memeluk Islam. Dan muslim Spanyol bukan hanya ‘beragama Islam’, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan mereka secara Islami. Mereka telah jauh meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dan gaya hidup jahiliyyah. Keadaan seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Namun, selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol. Karena usaha mereka terus-menerus gagal, maka mereka kemudian mengirim sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol.

Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yaitu dengan melemahkan iman mereka terlebih dahulu dengan serangan pemikiran dan budaya. Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al-Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang difungsikan untuk menyulut perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol.

Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil. Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri-kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai. Penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, dan orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis. Satu persatu daerah di Spanyol jatuh. Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.

“Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol. Setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap-siap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya, berjalan beriringan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib tetap bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya.

Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Mereka lalu membakari rumah-rumah tersebut! Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya. Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai The Aprils Fool Day.

Bagi umat Islam April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari dimana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, sangatlah tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam.


Sumber: pinrizal.wordpress.com
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, April 09, 2011

Wednesday, April 6, 2011

ujungkelingking - Ini kisah tentang dua orang perempuan.
“Assalamu'alaikum saudariku....” Sapa seorang perempuan kepada perempuan yang dia temui di sebuah taman.

“Wa'alaikum salam.... Selamat datang saudariku”

“Terima kasih. Apakah ini. surga?” Tanya perempuan yang pertama.
Yang ditanya kemudian tersenyum, “Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga”

"Benarkah?” Perempuan pertama terlihat takjub,
“Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini”

Perempuan yang ditanya tersenyum lagi ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku?”

"Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah”

“Alhamdulillah..”

Tiba-tiba jauh di ujung taman, mereka melihat sebuah pintu yg sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan beberapa perempuan yang berada di taman itu mulai memasukinya satu-persatu.

“Ayo kita ikuti mereka” kata perempuan yang pertama sambil setengah berlari. “Apa yang ada di balik pintu itu?”

“Tentu saja surga saudariku” jawab perempuan yang kedua dengan lari yang -ternyata- semakin cepat.

“Tunggu... tunggu aku..” Teriak perempuan yang pertama. Ia masih berlari namun tetap tertinggal oleh perempuan yang kedua meski ia hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya. Perempuan yang pertama ini tetap tak mampu mengejar perempuan di depannya meski ia sudah berlari.
Ia lalu berteriak kepadanya “Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?”

“Sama dengan engkau saudariku.” jawab perempuan yang kedua tetap dengan senyumannya

Perempuan inipun telah mencapai tempat yang dituju. Sebelah kakinya sudah melewati pintu. Sebelum perempuan itu melewati pintu sepenuhnya, perempuan yang pertama berteriak,

“Amalan apalagi yang kau lakukan tapi tidak kulakukan?”

Yang ditanya pun menjawab, “Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yg membedakanmu dengan diriku?”
“Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?”
Ia lalu melanjutkan, ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya SAMPAI HATIMU saja karena niatmu adalah MENGHIJABI HATI.”

Perempuan pertama itu tertegun.. lalu terbangun.. Ia beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan shalat malam. Menangis dan menyesali perkataannya dulu. Kemudian ia berjanji pada Rabbnya sejak saat itu ia akan menutup auratnya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, April 06, 2011

Friday, April 1, 2011

ujungkelingking -

Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang mengkafirkan saudaranya maka sungguh tuduhannya itu akan kembali kepada salah seorang di antara mereka berdua.” Dalam sebagian riwayat disebutkan, “Apabila sebagaimana apa yang dia katakan -maka dia tidak bersalah- akan tetapi apabila tidak sebagaimana yang dia tuduh maka tuduhan itu justru kembali kepadanya.”
[lihat Syarh Muslim (2/126-127) dan Shahih Bukhari, hal. 1254]

Maksud dari “tuduhan itu justru kembali kepadanya” adalah sebagaimana yang diterangkan oleh al-’Aini rahimahullah, yaitu, “Apa yang diucapkannya justru terarah kepada dirinya sendiri, karena orang yang dia kafirkan ternyata benar imannya (tidak kafir).” Sehingga maknanya adalah kalau tuduhannya itu tidak terbukti kebenarannya maka sesungguhnya dia telah mengkafirkan dirinya sendiri (‘Umdat al-Qari [22/245])

Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-’Aql berkata, “Takfir (mengkafirkan) adalah perkara yang diatur dalam hukum syari’at acuannya adalah al-Kitab dan as-Sunnah. Maka tidak boleh mengkafirkan seorang muslim karena ucapan atau perbuatannya selama dalil syari’at tidak menunjukkan atas kekafirannya. Dengan disebutkannya istilah hukum kafir -secara umum- atas suatu ucapan atau perbuatan itu tidak secara otomatis menunjukkan jatuhnya vonis kafir tersebut -secara khusus- kepada pelakunya, kecuali apabila syarat-syarat -pengkafiran- itu sudah terpenuhi dan penghalang-penghalangnya tersingkirkan. Takfir merupakan hukum yang sangat berbahaya resikonya, oleh sebab itu wajib meneliti segalanya/tatsabbut dan berhati-hati di dalam menjatuhkan vonis kafir ini kepada seorang muslim.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqidah, hal. 19) 

Berikut ini ada beberapa catatan penting seputar takfir yang harus diperhatikan:
  • Pedoman dan tempat rujukan dalam hal takfir ini adalah Allah dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu al-Kitab dan as-Sunnah).
  • Orang yang terbukti keislamannya dengan meyakinkan maka keislamannya itu tidak lenyap darinya kecuali dengan bukti yang meyakinkan pula.
  • Tidak setiap ucapan atau perbuatan -yang disebut oleh dalil sebagai bentuk kekafiran- menjadi kekafiran besar yang mengeluarkan dari agama. Sebab kekafiran itu ada dua macam: kufur asghar (kecil) dan kufur akbar (besar). Maka menerapkan hukum terhadap ucapan atau perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan mengikuti metode ulama Ahlus Sunnah dan aturan-aturan yang telah mereka terangkan.
  • Tidak boleh menjatuhkan hukum takfir kepada seorang muslim pun kecuali orang yang ditunjukkan dengan jelas dan gamblang mengenai kekafirannya oleh dalil al-Kitab dan as-Sunnah, sehingga dalam hal ini tidak cukup berlandaskan kepada syubhat/perkara yang masih samar ataupun sekedar dugaan.

Terkadang disebutkan di dalam al-Kitab ataupun as-Sunnah sesuatu yang dipahami bahwa ucapan, perbuatan, atau keyakinan tertentu sebagai kekafiran. Maka tidak boleh semata-mata berdasarkan hal itu kemudian dengan serta merta menjatuhkan vonis kafir kepada seseorang kecuali apabila telah ditegakkan hujjah kepadanya: yaitu dengan terpenuhinya syarat-syarat -dalam keadaan dia mengetahui, sengaja, dan atas dasar pilihannya sendiri- dan juga dengan hilangnya penghalang-penghalang -untuk dikafirkan- yaitu perkara-perkara yang menjadi lawan dari syarat-syarat tersebut (artinya; dia tidak jahil, dalam keadaan sadar, dan tidak terpaksa)

(Lihat lebih lengkap dalam Mujmal Masa’il al-Iman al-’Ilmiyah fi Ushul al-’Aqidah as-Salafiyah, hal. 17-18).

Allahul musta’aan…

(SELESAI)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 01, 2011
ujungkelingking - Sebagian orang menganggap demokrasi adalah haram, bahkan termasuk kemusyrikan. Karena di dalam konsep demokrasi rakyat menjadi sumber hukum dan kekuasaan ditentukan oleh mayoritas.

Di satu sisi mereka benar, yaitu mengingkari demokrasi yang hal itu termasuk dalam bentuk kekafiran dan kemusyrikan. (Kitab Tanwir adh-Dhulumat karya Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Imam -hafidhahullah-).

Namun, di sisi lain mereka juga melakukan kesalahan yang sangat besar yaitu serampangan dalam menjatuhkan vonis kafir kepada orang. Biasanya mereka berdalil dengan ayat (yang artinya),
“Barangsiapa yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.” [Al-Maa’idah: 44]

Sederhananya begini, bahwa seandainya mereka -pemerintah- berhukum dengan selain hukum Allah, maka ada satu hal penting yang perlu diingat, yaitu bahwa tidak semua yang berhukum dengan selain hukum Allah itu dihukumi kafir.

Berikut ini adalah ringkasan penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ketika menjelaskan isi Kitab at-Tauhid:

Yang dimaksud dengan berhukum dengan selain hukum Allah yang dihukumi kafir dan murtad -sehingga layak untuk disebut sebagai thaghut- adalah dalam tiga keadaan:
  1. Apabila dia meyakini bahwa berhukum dengan selain hukum Allah -yang bertentangan dengan hukum Allah- itu boleh, seperti contohnya: meyakini bahwa zina dan khamr itu halal.
  2. Apabila dia meyakini bahwa selain hukum Allah itu sama saja (sama baiknya) dengan hukum Allah.
  3. Apabila dia meyakini bahwa selain hukum Allah lebih bagus daripada hukum Allah.

Lalu, dia bisa dihukumi dhalim (belum kafir), apabila dia masih meyakini hukum Allah lebih bagus dan wajib diterapkan namun karena kebenciannya kepada orang yang menjadi objek hukum maka dia menerapkan selain hukum Allah. Demikian juga ia dikatakan fasik (belum kafir), apabila dia menggunakan selain hukum Allah dengan keyakinan bahwa hukum Allah yang benar, namun dia melakukan hal itu dorongan hawa nafsu, suap dsb. Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa tindakan orang yang mengganti syari’at dengan undang-undang buatan manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk kekafiran akbar. Meskipun demikian, orang yang memberlakukan undang-undang ini tidak serta merta dikafirkan. Seperti misalnya, apabila dia menyangka bahwa sistem yang diberlakukannya itu tidak bertentangan dengan Islam, atau dia menyangka bahwa hal itu termasuk urusan yang diserahkan oleh Islam kepada manusia, atau dia tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu termasuk kekafiran (al-Qaul al-Mufid [2/68-69 dan 71]).

Berdasar keterangan di atas tentu jelas bagi kita bahwa tindakan yang dengan mudahnya mengkafirkan penguasa serta menjuluki mereka sebagai rezim thaghut adalah sebuah tindakan serampangan dan tidak dibangun di atas ilmu yang benar. Bahkan, kalau diteliti lebih jauh ternyata mereka itu telah terjangkiti pemikiran-pemikiran Khawarij modern!

Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 01, 2011
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, (itu) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu adalah yang terbaik untuk kalian dan paling bagus dampaknya. [QS. an-Nisaa’: 59]

Terdapat beda-tafsir mengenai definisi ulil amri. Akan tetapi pendapat yang terkuat adalah pendapat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah para pemimpin/pemerintah. Pendapat ini dikuatkan  oleh Imam asy-Syafi’i (Fathul Bari [8/106]). Oleh karena itu an-Nawawi rahimahullah membuat judul bab untuk hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma mengenai tafsir ayat ini dengan judul “Kewajiban taat kepada pemerintah selama bukan dalam kemaksiatan dan diharamkan hal itu dalam perbuatan maksiat”.

Ketaatan kepada pemerintah muslim ini dibatasi dalam hal ma’ruf saja, sedangkan dalam perkara maksiat tidak diperbolehkan.

Kewajiban untuk mendengar dan taat kepada pemerintah muslim ini juga dibatasi selama tidak tampak dari mereka kekufuran yang nyata. Apabila mereka melakukan kekufuran yang nyata maka wajib untuk mengingkarinya dan menyampaikan kebenaran kepada mereka. Akan tetapi memberontak atau memeranginya -sedzalim atau sefasik apapun mereka- tidak diperbolehkan selama dia masih muslim/tidak kafir.

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menambahkan, “… kecuali apabila kaum muslimin telah melihat kekafiran yang nyata yang mereka memiliki bukti kuat dari sisi Allah tentangnya, maka tidak mengapa melakukan pemberontakan kepada penguasa ini untuk menyingkirkannya dengan syarat bila mereka mempunyai kemampuan yang memadai.”

Dalam syariat, terdapat kaidah: Tidak boleh menghilangkan keburukan dengan sesuatu yang menimbulkan akibat lebih buruk dari keburukan semula, akan tetapi wajib menolak keburukan itu dengan sesuatu yang benar-benar bisa menyingkirkannya atau -minimal- meringankannya. (al-Ma’lum Min Wajib al-’Alaqah baina al-Hakim wa al-Mahkum, hal. 9-10)

Maka, bila mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu, atau  apabila terjadi pemberontakan -diduga kuat- akan timbul kerusakan yang lebih dominan, maka mereka tidak boleh memberontak demi memelihara kemaslahatan masyarakat luas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada para pemimpin/penguasa setelahku yang mengikuti petunjuk bukan dengan petunjukku dan menjalankan sunnah namun bukan sunnahku. Dan akan ada di antara mereka orang-orang yang memiliki hati laksana hati syaitan yang bersemayam di dalam raga manusia.” Maka Hudzaifah pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus kulakukan jika aku menjumpainya?” Beliau menjawab, “Kamu harus tetap mendengar dan taat kepada pemimpin itu, walaupun punggungmu harus dipukul dan hartamu diambil. Tetaplah mendengar dan taat.” 
[Syarah Muslim: 6/480]

Dari Ummu Salamah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan muncul para penguasa yang kalian mengenali mereka namun kalian mengingkari -kekeliruan mereka-. Barangsiapa yang mengetahuinya maka harus berlepas diri -dengan hatinya- dari kemungkaran itu. Dan barangsiapa yang mengingkarinya maka dia akan selamat. Yang berdosa adalah orang yang meridhainya dan tetap menuruti kekeliruannya.” Mereka -para sahabat- bertanya, “Apakah tidak sebaiknya kami memerangi mereka?”. Maka beliau menjawab, “Jangan, selama mereka masih menjalankan sholat.” 
[Syarah Muslim: 6/485]

(bersambung)
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, April 01, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!